MAAFKAN AKU MA…
IBU.
Ibu adalah orang pertama yang akan
merasa panik, jika anaknya sedang sakit. Ibu adalah sosok malaikat yang
dikirimkan oleh Allah ke muka bumi untuk melindungi anak-anaknya. Ibu dialah
pahlawan tanpa tanda jasa. Ia rela melakukan apa saja demi anak yang ia
sayangi.
Namun banyak pertanyaan yang ingin aku
ajukan kepada setiap ibu. “Kenapa semua sifat ibu itu berbeda?” Padahal semua
ibu itu sama, sama-sama melahirkan dan selalu dipanggil dengan sebutan ibu.
“kenapa ibu itu banyak yang mengerti dan banyak yang tidak dimengerti? Kenapa
ibu mempunyai perilaku yang berbeda dengan satu anak ke anak yang lainnya? Apa
yang membedakan dari seorang saudara? Padahal kalau dipikir, mereka berasal
dari rahim yang sama”
Yah, bukan hanya itu pertanyaan yang
ingin aku ajukan, sebenarnya banyak. Tapi ku tau, tidak semua pertanyaan harus
terjawab kan?
Ehmmm, hai. Aku adalah seorang anak
yang terlahir dari keluarga yang sederhana. Dan aku biasa memanggil ibuku
dengan sebutan MAMA dan ayahku dengan sebutan BAPAK. Semua saudaraku pun
memanggil dengan sebutan yang sama.
Dari semua saudaraku, akulah yang
paling bungsu. Banyak yang mengatakan jadi anak bungsu itu adalah sebuah
keberuntungan. Karena anak bungsu adalah yang paling di sayangi diantara yang
lainnya. Setiap keinginannya pasti akan dituruti. Tapi bagi aku tidak, semua
anak sama saja. Bahkan menurutku keberuntungan ada di pihak anak sulung. Dan
aku punya keinginan untuk menjadi anak sulung. Tapi itu tidak mungkin, sebab
aku terlahir 6 tahun setelah kakak sulungku.
Kenapa aku mengatakan semua anak sama
saja? Yah, karena aku merasa perhatian orangtuaku lebih kepada kakak-kakakku,
terlebih untuk kakakku yang sulung. Aku merasa dibedakan.
*****
Ketika aku masih kecil aku paling
dekat dengan bapak. Bapak sering mengantarku ke sekolah. Sedangkan mama, mama
hanya pernah mengantarku sekali dan itu pun di hari pertama aku masuk sekolah
waktu SD. Dan setelahnya, aku berangkat bersama teman-temanku. Setiap akhir
semester, ketika pengambilan rapot bapak yang selalu datang. Mama hanya sekali,
itu disaat aku mau naik ke kelas 5.
Aku lulus SD dengan nilai dan
peringkat yang memuaskan. Aku juga mendapat beasiswa, sehingga ketika aku masuk
SMP uang untuk membeli buku, seragam dan yang lainnya dibeli dari uang beasiswa
itu. Masih dengan kondisi yang sama, setiap pengambilan rapot, bapaklah yang
selalu hadir, bahkan ketika kelulusan hanya bapak yang mendampingiku. Padahal
aku sangat berharap mama juga datang. Seperti halnya teman-temanku yang lain,
kedua orangtuanya datang untuk mendampinginya. Tapi ya aku gak berkecil hati
karena setidaknya bapak masih bisa sempatkan hadir untukku. Aku lulus dan masuk
10 besar. Bapak tersenyum bangga padaku.
Tiba saatnya aku masuk SMK, mama
sebenarnya menginginkan aku untuk sekolah dimana kakakku juga pernah bersekolah
ditempat itu. Tapi aku menginginkan hal yang lain, aku hanya berfikir, masa iya
aku sekolah ditempat yang sama dan dengan jurusan yang sama pula. Lalu apa
bedanya aku dengan kakak-kakakku yang lain. Maka aku putuskan untuk mendaftar
di sekolah yang berbeda.
Karena keputusanku itu, mama
menerimanya dengan berat hati. Tapi dia mencoba mengikuti keinginanku. Setelah
mengikuti beberapa tes dan disaat pengumuman aku diterima dengan jurusan yang telah
aku pilih sebelumnya. aku senang karena semua usahaku tidak sia-sia.
Ketika pendaftaran ulang, aku tidak
tau kalau ternyata pelunasannya terakhir hari itu juga. Aku menelpon mama dan
memberitahunya tentang hal itu. Tapi yang aku dapat tidak sesuai dengan apa
yang aku bayangkan. Mama malah marah dan menyalahkanku karena aku memilih
sekolah itu. Aku tak tahan menahan airmataku. Apa yang salah? Aku baru mencoba
dan diterima kenapa aku jadi disalahkan? Kalau pun aku sekolah ditempat yang
diinginkannya pasti hasilnya juga sama.
Aku beralih menelpon bapakku, bapak
yang waktu itu masih kerja terpaksa pulang kerumah dan hanya dalam hitungan
menit bapak langsung ada didepan pintu gerbang sekolah. “Oh ya Allah, malaikat
penolongku datang” aku tersenyum gembira melihatnya.
Kini hari-hari yang aku lalui terasa
ringan, meski terkadang mama masih saja menyalahkan aku ketika aku mengeluh
tentang sekolah itu tapi aku hanya bisa diam. Buat apa aku mengeluh, toh semua
ini juga karena kemauanku sendiri.
Dan kini ujian yang dinantikan datang
juga. Aku beserta teman-temanku belajar bersama dengan harapan bisa lulus
bersama-sama dengan nilai yang memuaskan. Aku melewati ujian itu dengan tenang
dan penuh semangat.
Nilai ujian sudah keluar dan
perasaanku campur aduk, resah gelisah menunggu untuk melihat nilai. 9,75 adalah
nilai yang sangat sempurna, nilai ujian ini membuat hatiku senang. Ketika
memberitahu hal ini kepada mamaku, mama hanya tersenyum tapi tidak cukup puas
dengan hasil yang sudah aku raih. Aku kembali terdiam.
Ketika aku lulus, mama mengharapkan
aku untuk langsung bekerja. Tapi aku mempunyai keinginan untuk kuliah. Aku
bertanya kepada bapak dan bapak menyetujui hal itu. Aku sangat bahagia
mendengar hal itu.
Aku berhasil dengan tujuanku untuk
berkuliah. Dan untuk mendapatkan uang jajan sehari-hari aku kadang meminta
kepada bapak, atau pun bekerja. Bekerja apa? Ya bekerja sesuai dengan
keahlianku saja. Mama juga selalu memberi uang, tapi paling tinggi 250ribu
perbulan. Bahkan sering hanya 150ribu perbulan.
Apa yang didapat dari 250ribu
perbulan itu? Sedangkan keperluan sehari-hari melebihi yang diberikan. Aku
mencoba untuk berhemat. Dan bekerja untuk memenuhi kekurangan itu. Dari hasil
aku bekerja, aku bisa mendapatkan uang yang sekedar untuk membeli bensin atau
beli makan untuk kendaraanku.
Aku juga memutuskan untuk memakai
jilbab setiap hari. Dan Mama memang tidak mempermasalahkan untuk aku berjilbab
tapi mama kadang bosan jika aku selalu mengenakan jilbab sepanjang hari. Dan
kembali lagi, Apa yang salah? Kenapa setiap yang aku lakukan dan yang aku
inginkan selalu salah dimatamu ma?
Setiap aku ingin bepergian mama
selalu melarangku, dan setiap dia melarangku aku selalu melanggarnya. Tapi
anehnya disaat aku pergi dia selalu bercerita kepada setiap orang kalau aku pergi
kesana, aku pergi kesitu dan setiap prestasi yang aku capai. Aku selalu
bertanya? Kenapa mama selalu melarangku? Kenapa mama tidak pernah mempercayaiku
untuk melakukan suatu hal yang aku anggap itu benar? Padahal dibalik itu mama
juga membanggakan aku dihadapan banyak orang-orang.
Seingatku, hanya dua kali aku
mengikuti kemauannya yang melarangku untuk pergi. Kalau dilarang satu atau dua
kali aku tidak masalah, tapi ini setiap kali aku ingin pergi tapi tidak pernah
sekalipun mama bilang iya. Makanya aku selalu memberontak dengan cara tetap
pergi, yang penting mama tau aku pergi maka tidak masalah lagi bagiku. Mungkin
caraku ini salah, tapi tidak ada jalan lain. Kalau aku selalu dikekang seperti
ini aku tidak akan bisa berkembang dan tidak bisa menjadi seperti orang-orang
sukses lainnya.
Aku terkadang iri kepada anak yang
selalu diijinkan oleh mamanya kemanapun dia mau pergi. Aku iri dengan kasih
sayang yang didapatkan oleh teman-temanku dari mamanya. Aku bahkan sering
berfikir, Kenapa aku tidak dilahirkan oleh mama temanku. kenapa aku tidak punya
mama seperti teman-temanku? Mama yang bisa diajak curhat, mama yang mau
mengerti, mama yang selalu mendukung. Aku juga ingin mama seperti mama
teman-temanku.
Ayolah ma. Aku ingin mama seperti
mereka. Aku tau ma, mama sayang sama aku. Aku juga sayang sama mama, sayang
banget ma. Aku juga tidak pernah menyesal kog ma dilahirkan dari rahim mama.
Aku hanya ingin satu ma, berilah aku kepercayaan L. Aku tidak akan pernah mengecewakan
mama, aku akan menuruti kemauan mama. Tapi tolong, beri aku kepercayaan.
*****
Pada saat seperti ini, banyak dari
keluargaku yang nikah muda. Mamaku juga menginginkan hal itu. Mungkin agar
tanggungannya bisa berkurang. Tapi aku belum siap, aku masih pengen kuliah,
masih pengen bebas dan pengen ngerasain gimana rasanya makan dengan hasil
keringat sendiri. Salah satu alasan aku untuk melanjutkan kuliah adalah agar
aku tidak dinikahkan dengan cepat. Sebenarnya sebelum aku lulus itu pun mama
ingin aku nikah? Tapi mau nikah sama siapa? Aku tidak bisa menikah jika tidak
bersama dengan orang yang aku cintai. Ayolah ma, mengertilah. Aku tidak butuh
banyak. Aku hanya butuh kepercayaan itu darimu ma.
Aku sering merasa berdosa kalau aku
tidak mengikuti keinginan mamaku. Tapi aku juga berhak kan untuk menentukan
pilihan. Aku juga kadang merasa bersalah jika aku melanggar apa yang
dilarangnya. Tapi aku merasa aku benar, karena setiap kegiatan yang aku ikuti
semua tidak mengandung hal yang negatif. Aku gak mungkin jadi anak nakal ma, yang
suka memakai Narkoba, ngomik, ngelem atau hal yang semacamnya. Aku tau itu dosa
ma dan aku juga tidak ingin merusak masa depanku dengan hal-hal yang seperti
itu.
Terkadang aku merasa sedikit tertekan
karena keinginan mama yang begitu menggebu-gebu. Ma, aku juga ingin punya
pekerjaan, aku gak mau kalau kerjaanku nantinya hanya didapur, disumur dan
dikasur. Aku juga ingin punya penghasilan ma.
Jika mama mengungkit kegiatan yang
sering aku ikuti. Aku yang sering bepergian karna kegiatanku, aku hanya bisa
mengatakan. “ma, tenang saja. Aku pergi hanya beberapa hari dan masalah uang,
aku tidak pernah meminta mama untuk memberikan uang jajan kan setiap aku ingin
pergi ke suatu tempat? Semua uang yang aku pakai adalah dari hasil tabungaku
ma, atau uang dari kegiatan itu sendiri”
Mamaku sebenarnya bukan tipe orang
yang terlalu over. Mamaku ya superheroku. Mamaku sangat menyayangiku, hanya
terkadang sikapnya yang selalu melarangku yang tidak bisa aku mengerti.
Mama selalu mengatakan, “coba kamu
kayak sepupumu, yang nurut dan apalah-apalah” aku hanya diam dan menjawab dalam
hati “kalau mama mau aku jadi seperti sepupuku itu, apa mama juga mau jadi
seperti mamanya dia? Kalau iya, aku akan berusaha jadi seperti yang mama mau”.
*****
Tiba saatnya hari yang tidak pernah
sedikitpun aku bayangkan. Aku melanggar perintah mamaku, aku bermalam ditempat
temanku. Aku sebenarnya sudah memberitahu hal ini kepada kakakku dan kakakku
memberitahu hal ini kepada mama. Tapi aku gak tau kalau ternyata sepanjang
malam mama menelpon dan mengirim pesan kepadaku. Aku tidak mengetahuinya karena
ponselku mati. Ponselku yang aku pinjam sudah aku kembalikan kepada kakakku dan
kartuku tidak bisa dimasukkan ke ponselku yang satunya karena ukurannya yang
tidak sama.
Keesokan harinya, aku pulang kerumah.
Semua baik-baik saja. Kakakku tidak menanyakan hal apapun ketika aku sampai.
jadi aku merasa biasa-biasa saja. Walaupun aku tau aku salah, tapi apa itu
murni kesalahanku? karena aku tidak mengetahuinya. Aku tidak dengan sengaja
mematikan ponselku, bukan karena tidak mau dihubungi tapi memang ponselku mati
dan lampu tidak menyala sehingga aku tidak bisa mencharger ponselku.
*****
Aku sampai di rumah sekitar jam 7,
aku segera mandi. Selesai mandi aku ke ruang tamu untuk menonton tv. Dari
pertama aku datang, mama tidak ada senyum ataupun sekedar menanyakan kapan aku
sampai. perasaanku mulai tak enak. Disaat aku mau tidur aku menanyakan
selimutku tapi mama tidak menjawabnya. Alhasil aku tidur tanpa memakai selimut.
Hanya pakaian yang ada di badan. Subuh itu terasa sangat dingin, aku menggigil
tapi apa yang ingin aku pakai agar rasa dingin ini hilang? Aku tak berfikir panjang,
sprai kasurku ku tarik lalu ku jadikan selimut.
Aku melihat sosok wanita
menyelimutiku dengan penuh kasih sayang. Aku yakin itu adalah mama. Karena mama
gak mungkin membiarkanku tidur tanpa memakai apa-apa. Iya, aku sangat yakin
akan hal itu, karena mamaku adalah seorang yang penyayang.
Sebenarnya kepalaku masih sangat
berat, tapi aku memaksa untuk bisa bangun. Ketika terbangun, baru kusadari
ternyata semalaman aku hanya memakai sprai sebagai selimutku. Berarti tadi
malam aku hanya bermimpi, mama datang dan menyelimutiku L. Dari tadi malam hingga saat ini
mama tidak menegurku.
Sebenarnya dari kemarin aku sudah
menyadari ada yang tidak beres, aku mulai tak bisa menahan airmataku. “Ma,
jangan lakukan ini padaku!” aku mendekati mamaku yang sedang berbaring,
dihadapannya aku memeluknya sambil menangis, tapi mama melepaskan pelukanku dan
berbalik membelakangiku. Aku mendekatinya dan kembali memeluknya, “maaa… L” aku terisak. Mama menepiskan
tanganku dan pergi duduk diteras. isak tangisku makin menjadi, ku panggil ia,
kudekati dan aku menangis dipangkuannya. “ma…” aku tak mampu berucap satu kata
pun. Mama juga menangis “jangan dekati aku, jauh-jauh dariku” setelah berkata
seperti itu mama kembali kedalam rumah.
Dari luar masih kudengar mama
berbicara, tapi aku gak begitu jelas mendengar apa yang ia katakana sebab isak
tangisku yang tak bisa ku tahan mengalahkan pendengaranku. Aku menangis dan
terus menangis. serasa airmataku tidak mau berhenti menetes. Lidahku menjadi
kelu.
“Sekarang aku baru sadar, mama
sangatlah menyayangiku, aku mengaku salah ma. Aku tau mama marah. Tapi
dengarkan dulu penjelasanku ma. Aku tidak serta merta sengaja tidak mengangkat
telpon ataupun tidak ingin membalas sms mama. Tapi ponselku benar-benar mati ma.
Ku mohon jangan lakukan hal ini padaku ma, aku bisa terima mama marah padaku,
tapi aku tidak bisa kalau mama tidak menegurku. Hatiku sakit ma, hatiku sakit.
Aku anakmu ma jangan perlakukan aku seperti orang lain”
“Hatiku benar-benar sakit, aku butuh
mama. Mama maafkan aku, aku salah ma”. Aku tetap menangis, aku mencoba menahan
airmataku tapi tetap saja aku kalah. Perasaan ini sangat sensitif. Apa yang
harus aku lakukan saat ini??? ;( mama marah semenjak aku bermalam ditempat
orang lain, dan dia menelpon tapi nomorku tidak aktif. Iya itu karena ponselku
mati ma. Ayo lah ma, sampai kapan mama mau marah seperti ini?
Hari-hari berlalu, hatiku semakin tidak
menentu. Meski wajahku selalu terlihat bahagia dan senyum pun selalu menghiasi
bibirku. Tapi didalam hatiku, aku sangat kesepian karena aku kefikiran mama
yang sama sekali tidak perduli denganku. Mama tidak ada menghubungiku atau pun
mengirim pesan kepadaku. Tapi dibalik itu aku bersyukur memiliki Kekasih yang
masih ada disampingku, masih ada disaat aku butuh, dia selalu menghiburku dan
selalu menjadi penyejuk hatiku.
“Maa… sampai kapan hubungan kita akan
seperti ini terus? Apa mama tidak bisa sedikit saja membuka pintu maaf untuk
putri kecilmu ini? apa kesalahan yang putri kecilmu lakukan itu sangat fatal?
Bahkan aku tidak mengerti apa hanya masalah itu ataukah masih ada yang
lainnya?”
“Maa… bolehkah aku memelukmu lagi?
Bolehkah aku mencium pipimu?”. “Namun kurasa itu tidak mungkin, jangankan untuk
mencium pipi mama, mencium pipiku pun aku sudah tidak ingat lagi kapan terakhir
kalinya mama melakukan hal itu. Maa… kalau saja waktu bisa diulang, aku tidak
akan melakukan hal yang akan membuat mama murka. Aku takut mama murka, sebab
murka Allah itu dikarenakan murka dari seorang ibu. Maa… aku tidak akan lelah
untuk meminta maaf, meski mama tidak mau berbicara denganku, tapi dalam setiap
sujudku aku selalu mendoakan yang terbaik untuk mama. Maa… I love you so much,
aku sayang mama”.
Ku harap aku bisa menemukan celah
dihati mama agar bisa memaafkanku.
*****
By_FKM