Rabu, 09 Maret 2016

Maafkan Aku Maa...



MAAFKAN AKU MA…

          IBU.
Ibu adalah orang pertama yang akan merasa panik, jika anaknya sedang sakit. Ibu adalah sosok malaikat yang dikirimkan oleh Allah ke muka bumi untuk melindungi anak-anaknya. Ibu dialah pahlawan tanpa tanda jasa. Ia rela melakukan apa saja demi anak yang ia sayangi.
Namun banyak pertanyaan yang ingin aku ajukan kepada setiap ibu. “Kenapa semua sifat ibu itu berbeda?” Padahal semua ibu itu sama, sama-sama melahirkan dan selalu dipanggil dengan sebutan ibu. “kenapa ibu itu banyak yang mengerti dan banyak yang tidak dimengerti? Kenapa ibu mempunyai perilaku yang berbeda dengan satu anak ke anak yang lainnya? Apa yang membedakan dari seorang saudara? Padahal kalau dipikir, mereka berasal dari rahim yang sama”
Yah, bukan hanya itu pertanyaan yang ingin aku ajukan, sebenarnya banyak. Tapi ku tau, tidak semua pertanyaan harus terjawab kan?
Ehmmm, hai. Aku adalah seorang anak yang terlahir dari keluarga yang sederhana. Dan aku biasa memanggil ibuku dengan sebutan MAMA dan ayahku dengan sebutan BAPAK. Semua saudaraku pun memanggil dengan sebutan yang sama.
Dari semua saudaraku, akulah yang paling bungsu. Banyak yang mengatakan jadi anak bungsu itu adalah sebuah keberuntungan. Karena anak bungsu adalah yang paling di sayangi diantara yang lainnya. Setiap keinginannya pasti akan dituruti. Tapi bagi aku tidak, semua anak sama saja. Bahkan menurutku keberuntungan ada di pihak anak sulung. Dan aku punya keinginan untuk menjadi anak sulung. Tapi itu tidak mungkin, sebab aku terlahir 6 tahun setelah kakak sulungku.
Kenapa aku mengatakan semua anak sama saja? Yah, karena aku merasa perhatian orangtuaku lebih kepada kakak-kakakku, terlebih untuk kakakku yang sulung. Aku merasa dibedakan.
*****
Ketika aku masih kecil aku paling dekat dengan bapak. Bapak sering mengantarku ke sekolah. Sedangkan mama, mama hanya pernah mengantarku sekali dan itu pun di hari pertama aku masuk sekolah waktu SD. Dan setelahnya, aku berangkat bersama teman-temanku. Setiap akhir semester, ketika pengambilan rapot bapak yang selalu datang. Mama hanya sekali, itu disaat aku mau naik ke kelas 5.
Aku lulus SD dengan nilai dan peringkat yang memuaskan. Aku juga mendapat beasiswa, sehingga ketika aku masuk SMP uang untuk membeli buku, seragam dan yang lainnya dibeli dari uang beasiswa itu. Masih dengan kondisi yang sama, setiap pengambilan rapot, bapaklah yang selalu hadir, bahkan ketika kelulusan hanya bapak yang mendampingiku. Padahal aku sangat berharap mama juga datang. Seperti halnya teman-temanku yang lain, kedua orangtuanya datang untuk mendampinginya. Tapi ya aku gak berkecil hati karena setidaknya bapak masih bisa sempatkan hadir untukku. Aku lulus dan masuk 10 besar. Bapak tersenyum bangga padaku.
Tiba saatnya aku masuk SMK, mama sebenarnya menginginkan aku untuk sekolah dimana kakakku juga pernah bersekolah ditempat itu. Tapi aku menginginkan hal yang lain, aku hanya berfikir, masa iya aku sekolah ditempat yang sama dan dengan jurusan yang sama pula. Lalu apa bedanya aku dengan kakak-kakakku yang lain. Maka aku putuskan untuk mendaftar di sekolah yang berbeda.
Karena keputusanku itu, mama menerimanya dengan berat hati. Tapi dia mencoba mengikuti keinginanku. Setelah mengikuti beberapa tes dan disaat pengumuman aku diterima dengan jurusan yang telah aku pilih sebelumnya. aku senang karena semua usahaku tidak sia-sia.
Ketika pendaftaran ulang, aku tidak tau kalau ternyata pelunasannya terakhir hari itu juga. Aku menelpon mama dan memberitahunya tentang hal itu. Tapi yang aku dapat tidak sesuai dengan apa yang aku bayangkan. Mama malah marah dan menyalahkanku karena aku memilih sekolah itu. Aku tak tahan menahan airmataku. Apa yang salah? Aku baru mencoba dan diterima kenapa aku jadi disalahkan? Kalau pun aku sekolah ditempat yang diinginkannya pasti hasilnya juga sama.
Aku beralih menelpon bapakku, bapak yang waktu itu masih kerja terpaksa pulang kerumah dan hanya dalam hitungan menit bapak langsung ada didepan pintu gerbang sekolah. “Oh ya Allah, malaikat penolongku datang” aku tersenyum gembira melihatnya.
Kini hari-hari yang aku lalui terasa ringan, meski terkadang mama masih saja menyalahkan aku ketika aku mengeluh tentang sekolah itu tapi aku hanya bisa diam. Buat apa aku mengeluh, toh semua ini juga karena kemauanku sendiri.
Dan kini ujian yang dinantikan datang juga. Aku beserta teman-temanku belajar bersama dengan harapan bisa lulus bersama-sama dengan nilai yang memuaskan. Aku melewati ujian itu dengan tenang dan penuh semangat.
Nilai ujian sudah keluar dan perasaanku campur aduk, resah gelisah menunggu untuk melihat nilai. 9,75 adalah nilai yang sangat sempurna, nilai ujian ini membuat hatiku senang. Ketika memberitahu hal ini kepada mamaku, mama hanya tersenyum tapi tidak cukup puas dengan hasil yang sudah aku raih. Aku kembali terdiam.
Ketika aku lulus, mama mengharapkan aku untuk langsung bekerja. Tapi aku mempunyai keinginan untuk kuliah. Aku bertanya kepada bapak dan bapak menyetujui hal itu. Aku sangat bahagia mendengar hal itu.
Aku berhasil dengan tujuanku untuk berkuliah. Dan untuk mendapatkan uang jajan sehari-hari aku kadang meminta kepada bapak, atau pun bekerja. Bekerja apa? Ya bekerja sesuai dengan keahlianku saja. Mama juga selalu memberi uang, tapi paling tinggi 250ribu perbulan. Bahkan sering hanya 150ribu perbulan.
Apa yang didapat dari 250ribu perbulan itu? Sedangkan keperluan sehari-hari melebihi yang diberikan. Aku mencoba untuk berhemat. Dan bekerja untuk memenuhi kekurangan itu. Dari hasil aku bekerja, aku bisa mendapatkan uang yang sekedar untuk membeli bensin atau beli makan untuk kendaraanku.
Aku juga memutuskan untuk memakai jilbab setiap hari. Dan Mama memang tidak mempermasalahkan untuk aku berjilbab tapi mama kadang bosan jika aku selalu mengenakan jilbab sepanjang hari. Dan kembali lagi, Apa yang salah? Kenapa setiap yang aku lakukan dan yang aku inginkan selalu salah dimatamu ma?
Setiap aku ingin bepergian mama selalu melarangku, dan setiap dia melarangku aku selalu melanggarnya. Tapi anehnya disaat aku pergi dia selalu bercerita kepada setiap orang kalau aku pergi kesana, aku pergi kesitu dan setiap prestasi yang aku capai. Aku selalu bertanya? Kenapa mama selalu melarangku? Kenapa mama tidak pernah mempercayaiku untuk melakukan suatu hal yang aku anggap itu benar? Padahal dibalik itu mama juga membanggakan aku dihadapan banyak orang-orang.
Seingatku, hanya dua kali aku mengikuti kemauannya yang melarangku untuk pergi. Kalau dilarang satu atau dua kali aku tidak masalah, tapi ini setiap kali aku ingin pergi tapi tidak pernah sekalipun mama bilang iya. Makanya aku selalu memberontak dengan cara tetap pergi, yang penting mama tau aku pergi maka tidak masalah lagi bagiku. Mungkin caraku ini salah, tapi tidak ada jalan lain. Kalau aku selalu dikekang seperti ini aku tidak akan bisa berkembang dan tidak bisa menjadi seperti orang-orang sukses lainnya.
Aku terkadang iri kepada anak yang selalu diijinkan oleh mamanya kemanapun dia mau pergi. Aku iri dengan kasih sayang yang didapatkan oleh teman-temanku dari mamanya. Aku bahkan sering berfikir, Kenapa aku tidak dilahirkan oleh mama temanku. kenapa aku tidak punya mama seperti teman-temanku? Mama yang bisa diajak curhat, mama yang mau mengerti, mama yang selalu mendukung. Aku juga ingin mama seperti mama teman-temanku.
Ayolah ma. Aku ingin mama seperti mereka. Aku tau ma, mama sayang sama aku. Aku juga sayang sama mama, sayang banget ma. Aku juga tidak pernah menyesal kog ma dilahirkan dari rahim mama. Aku hanya ingin satu ma, berilah aku kepercayaan L. Aku tidak akan pernah mengecewakan mama, aku akan menuruti kemauan mama. Tapi tolong, beri aku kepercayaan.
*****
Pada saat seperti ini, banyak dari keluargaku yang nikah muda. Mamaku juga menginginkan hal itu. Mungkin agar tanggungannya bisa berkurang. Tapi aku belum siap, aku masih pengen kuliah, masih pengen bebas dan pengen ngerasain gimana rasanya makan dengan hasil keringat sendiri. Salah satu alasan aku untuk melanjutkan kuliah adalah agar aku tidak dinikahkan dengan cepat. Sebenarnya sebelum aku lulus itu pun mama ingin aku nikah? Tapi mau nikah sama siapa? Aku tidak bisa menikah jika tidak bersama dengan orang yang aku cintai. Ayolah ma, mengertilah. Aku tidak butuh banyak. Aku hanya butuh kepercayaan itu darimu ma.
Aku sering merasa berdosa kalau aku tidak mengikuti keinginan mamaku. Tapi aku juga berhak kan untuk menentukan pilihan. Aku juga kadang merasa bersalah jika aku melanggar apa yang dilarangnya. Tapi aku merasa aku benar, karena setiap kegiatan yang aku ikuti semua tidak mengandung hal yang negatif. Aku gak mungkin jadi anak nakal ma, yang suka memakai Narkoba, ngomik, ngelem atau hal yang semacamnya. Aku tau itu dosa ma dan aku juga tidak ingin merusak masa depanku dengan hal-hal yang seperti itu.
Terkadang aku merasa sedikit tertekan karena keinginan mama yang begitu menggebu-gebu. Ma, aku juga ingin punya pekerjaan, aku gak mau kalau kerjaanku nantinya hanya didapur, disumur dan dikasur. Aku juga ingin punya penghasilan ma.
Jika mama mengungkit kegiatan yang sering aku ikuti. Aku yang sering bepergian karna kegiatanku, aku hanya bisa mengatakan. “ma, tenang saja. Aku pergi hanya beberapa hari dan masalah uang, aku tidak pernah meminta mama untuk memberikan uang jajan kan setiap aku ingin pergi ke suatu tempat? Semua uang yang aku pakai adalah dari hasil tabungaku ma, atau uang dari kegiatan itu sendiri”
Mamaku sebenarnya bukan tipe orang yang terlalu over. Mamaku ya superheroku. Mamaku sangat menyayangiku, hanya terkadang sikapnya yang selalu melarangku yang tidak bisa aku mengerti.
Mama selalu mengatakan, “coba kamu kayak sepupumu, yang nurut dan apalah-apalah” aku hanya diam dan menjawab dalam hati “kalau mama mau aku jadi seperti sepupuku itu, apa mama juga mau jadi seperti mamanya dia? Kalau iya, aku akan berusaha jadi seperti yang mama mau”.
*****
Tiba saatnya hari yang tidak pernah sedikitpun aku bayangkan. Aku melanggar perintah mamaku, aku bermalam ditempat temanku. Aku sebenarnya sudah memberitahu hal ini kepada kakakku dan kakakku memberitahu hal ini kepada mama. Tapi aku gak tau kalau ternyata sepanjang malam mama menelpon dan mengirim pesan kepadaku. Aku tidak mengetahuinya karena ponselku mati. Ponselku yang aku pinjam sudah aku kembalikan kepada kakakku dan kartuku tidak bisa dimasukkan ke ponselku yang satunya karena ukurannya yang tidak sama.
Keesokan harinya, aku pulang kerumah. Semua baik-baik saja. Kakakku tidak menanyakan hal apapun ketika aku sampai. jadi aku merasa biasa-biasa saja. Walaupun aku tau aku salah, tapi apa itu murni kesalahanku? karena aku tidak mengetahuinya. Aku tidak dengan sengaja mematikan ponselku, bukan karena tidak mau dihubungi tapi memang ponselku mati dan lampu tidak menyala sehingga aku tidak bisa mencharger ponselku.
*****
Aku sampai di rumah sekitar jam 7, aku segera mandi. Selesai mandi aku ke ruang tamu untuk menonton tv. Dari pertama aku datang, mama tidak ada senyum ataupun sekedar menanyakan kapan aku sampai. perasaanku mulai tak enak. Disaat aku mau tidur aku menanyakan selimutku tapi mama tidak menjawabnya. Alhasil aku tidur tanpa memakai selimut. Hanya pakaian yang ada di badan. Subuh itu terasa sangat dingin, aku menggigil tapi apa yang ingin aku pakai agar rasa dingin ini hilang? Aku tak berfikir panjang, sprai kasurku ku tarik lalu ku jadikan selimut.
Aku melihat sosok wanita menyelimutiku dengan penuh kasih sayang. Aku yakin itu adalah mama. Karena mama gak mungkin membiarkanku tidur tanpa memakai apa-apa. Iya, aku sangat yakin akan hal itu, karena mamaku adalah seorang yang penyayang.
Sebenarnya kepalaku masih sangat berat, tapi aku memaksa untuk bisa bangun. Ketika terbangun, baru kusadari ternyata semalaman aku hanya memakai sprai sebagai selimutku. Berarti tadi malam aku hanya bermimpi, mama datang dan menyelimutiku L. Dari tadi malam hingga saat ini mama tidak menegurku.
Sebenarnya dari kemarin aku sudah menyadari ada yang tidak beres, aku mulai tak bisa menahan airmataku. “Ma, jangan lakukan ini padaku!” aku mendekati mamaku yang sedang berbaring, dihadapannya aku memeluknya sambil menangis, tapi mama melepaskan pelukanku dan berbalik membelakangiku. Aku mendekatinya dan kembali memeluknya, “maaa… L” aku terisak. Mama menepiskan tanganku dan pergi duduk diteras. isak tangisku makin menjadi, ku panggil ia, kudekati dan aku menangis dipangkuannya. “ma…” aku tak mampu berucap satu kata pun. Mama juga menangis “jangan dekati aku, jauh-jauh dariku” setelah berkata seperti itu mama kembali kedalam rumah.
Dari luar masih kudengar mama berbicara, tapi aku gak begitu jelas mendengar apa yang ia katakana sebab isak tangisku yang tak bisa ku tahan mengalahkan pendengaranku. Aku menangis dan terus menangis. serasa airmataku tidak mau berhenti menetes. Lidahku menjadi kelu.
“Sekarang aku baru sadar, mama sangatlah menyayangiku, aku mengaku salah ma. Aku tau mama marah. Tapi dengarkan dulu penjelasanku ma. Aku tidak serta merta sengaja tidak mengangkat telpon ataupun tidak ingin membalas sms mama. Tapi ponselku benar-benar mati ma. Ku mohon jangan lakukan hal ini padaku ma, aku bisa terima mama marah padaku, tapi aku tidak bisa kalau mama tidak menegurku. Hatiku sakit ma, hatiku sakit. Aku anakmu ma jangan perlakukan aku seperti orang lain”
“Hatiku benar-benar sakit, aku butuh mama. Mama maafkan aku, aku salah ma”. Aku tetap menangis, aku mencoba menahan airmataku tapi tetap saja aku kalah. Perasaan ini sangat sensitif. Apa yang harus aku lakukan saat ini??? ;( mama marah semenjak aku bermalam ditempat orang lain, dan dia menelpon tapi nomorku tidak aktif. Iya itu karena ponselku mati ma. Ayo lah ma, sampai kapan mama mau marah seperti ini?
Hari-hari berlalu, hatiku semakin tidak menentu. Meski wajahku selalu terlihat bahagia dan senyum pun selalu menghiasi bibirku. Tapi didalam hatiku, aku sangat kesepian karena aku kefikiran mama yang sama sekali tidak perduli denganku. Mama tidak ada menghubungiku atau pun mengirim pesan kepadaku. Tapi dibalik itu aku bersyukur memiliki Kekasih yang masih ada disampingku, masih ada disaat aku butuh, dia selalu menghiburku dan selalu menjadi penyejuk hatiku.
“Maa… sampai kapan hubungan kita akan seperti ini terus? Apa mama tidak bisa sedikit saja membuka pintu maaf untuk putri kecilmu ini? apa kesalahan yang putri kecilmu lakukan itu sangat fatal? Bahkan aku tidak mengerti apa hanya masalah itu ataukah masih ada yang lainnya?”
“Maa… bolehkah aku memelukmu lagi? Bolehkah aku mencium pipimu?”. “Namun kurasa itu tidak mungkin, jangankan untuk mencium pipi mama, mencium pipiku pun aku sudah tidak ingat lagi kapan terakhir kalinya mama melakukan hal itu. Maa… kalau saja waktu bisa diulang, aku tidak akan melakukan hal yang akan membuat mama murka. Aku takut mama murka, sebab murka Allah itu dikarenakan murka dari seorang ibu. Maa… aku tidak akan lelah untuk meminta maaf, meski mama tidak mau berbicara denganku, tapi dalam setiap sujudku aku selalu mendoakan yang terbaik untuk mama. Maa… I love you so much, aku sayang mama”.
Ku harap aku bisa menemukan celah dihati mama agar bisa memaafkanku.
*****


By_FKM

Jumat, 24 April 2015

Hatiku Telah Hilang Bersama Kepergiannya

Aku Memilih Setia

     Tepuk tangan meriah menggema didalam ruangan setelah aku selesai bernyanyi. Aku cukup puas karena telah menghibur para peserta dan panitia yang hadir dalam acara tersebut.
     Aku mengembalikan microfon dan berjalan menghampiri teman-temanku. Sebenarnya tadi agak grogi juga karena saking banyaknya kepala yang memperhatikanku. Perasaan takut salah, takut lupa dan lain sebagainya sempat menghantui pikiranku.
     “Cieeehh…” goda Tania
     “Kenapa Tania? Aku tadi agak gugup loh”
     “Kamu keren. Suaramu bagus. Kamu tau aku paling suka kalau kamu lagi nyanyi karena cengkok-cengkok lagunya dapat banget” Tania mengacungkan 2 jempol didepan wajahku.
     “Kamu bisa aja kalau menghibur teman Tan” senyumku
     “Aku gak menghibur, ini kenyataan leh” Tania menegaskan
     “Oke-oke aku percaya padamu J”.
     Aku melirik kearah kiri kanan, mencari-cari pria yang tadi malam sempat berkenalan denganku. aku ingin memperjelas melihat wajahnya. Tapi tak ku dapat pria yang ciri-cirinya mirip dengannya. Sepertinya memang dia gak ada.
     Yang ku tau, dia berbadan tinggi dan berkulit hitam manis, hehe… Gula kali yang manis.

*****

     Sya, aku dapat nomornya. Kamu mau kah?
     Beneran kah? Boleh, kirimin dong!
     Perasaanku jadi senang begitu mendapat nomor telepon orang yang pernah menjadi pasanganku malam itu. Entah kenapa aku jadi penasaran sama dia, ya hanya sekedar pengen tau aja sih J.
     Malam ini rasanya bĂȘte banget. Ah… Coba aku telpon cowok itu aja. Barangkali dia gak sibuk.
     “Halo” jawab seseorang dari sebrang telpon. Tapi kok suaranya kayak bapak-bapak. Apa benar dia punya suara begini? Tapi pas malam itu suaranya bagus-bagus aja kok.
     “Halo” kembali terdengar suara dari sebrang.
     “Eh, iya halo” suara itu membuyarkan lamunanku.
     “Ini siapa? Cari siapa?” tanya suara itu
     “Saya Masya. Apa ini benar nomornya Chandra? Chandranya ada?” tanyaku
     “Iya benar. Tapi Chandranya lagi keluar sebentar” jelasnya
     “Oh… gitu ya. Saya bicara dengan siapa ya ini?”
     “Aku omnya. Ini pacarnya Chandra kah?”
     “Bukan om, saya bukan pacarnya. Kami hanya teman” jawabku menjelaskan
     “Teman kah? Kalau pacarnya juga gakpapa kok. Nanti aku salamkan sama Chandranya atau nanti aku kerumahmu antar jujuran? Rumahmu dimana dek?”
     Ehh.. buset. Ini omnya Chandra kok pembicaraannya langsung mengarah kesana ya. “Hehe Cuma teman kok om, gak lebih”. Senyumku, walau tak terlihat olehnya.

*****

     Setelah kejadian ditelpon beberapa hari yang lalu, membuat Chandra menghubungiku. Topik yang aku perbincangkan dengan omnya Chandra tempo hari mampu membuat kami semakin dekat. Kami jadi sering berkomunikasi, bertemu bahkan hang out bareng.
     Hari-hari yang kulalui dengannya tak pernah aku alami sebelumnya ketika aku bersama pria yang lain. Ada sesuatu yang berbeda darinya. Perasaan gelisah, khawatir dan tak ingin jauh darinya yang selalu aku rasakan ketika tak berada didekatnya.
     Aku tercengang ketika kata “I LOVE YOU” terucap dari bibirnya. Seakan tak percaya namun hati ini bahagia mendengar 3 kata tersebut.
     “Mau gak kamu jadi pacar aku?”
     “OMG Hellow, kamu gak tau kah aku sudah menanti-nantikan kapan kamu akan mengucapkan kata-kata itu kepadaku”. Kalian yakin aku mengatakan hal ini kepadanya? Jelas aku tak berucap seperti itu. Tapi aku hanya tersenyum, memperlihatkan senyum manisku yang mampu membuat orang gila berlari terpingkal-pingkal karena takut. Eh.. tidak-tidak, senyumku tak seseram itu juga kali.
     “Aku serius. Aku sayang sama kamu dan aku juga cinta sama kamu. Apa kamu sudi berbagi rasa suka maupun duka bersamaku?” dia lalu mencium tanganku. Ciiiaahhhhh… kata-katanya so sewot banget :D. eh salah, so sweet maksudnya hihi.
     “Tapi sebelum aku jawab, kamu harus janji satu hal padaku”
     “Janji apa?”
     “Janji kalau kamu sudah jadi pacarku, kamu gak akan ninggalin aku” aku mengacungkan jari kelingkingku kearahnya. Dia lalu melingkarkan jari kelingkingnya ke jari kelingkingku.
     “Oke aku janji” jawabnya mantap. Dia kembali menggenggam tanganku dan menatapku penuh dengan kebahagiaan.

*****

     Dimulai sejak saat itu, kemana-mana aku selalu bersama Chandra. Pulang-pergi sekolah, latihan dan banyak tempat-tempat yang aku singgahi bersamanya. Semua terasa indah.
     “Ciiehhh… Sekarang kemana-mana selalu sama Chandra ya. Kayak lem sama perangko” goda Tania
     “Hehehe… ah Tania bisa aja” aku merasa sedikit malu
     “Kamu serasi loh sama Chandra Sya. Aku kadang iri ngeliat kemesraan kalian. Seakan-akan dunia milik berdua aja” Tania memperlihatkan wajah cemberutnya
     “Ihh.. enggak usah cemberut gitu juga kali Tan. Jealous ya? :p makanya cari pacar juga dong” ujarku
     “Ah… Masya, aku sudah selalu mencoba untuk mencari, tapi semua cowok yang dekat sama aku gak ada yang sesuai dengan kriteriaku” curhatnya
     “Gak sesuai atau kamu terlihat kayak hantu yang nyeremin. Makanya setiap cowok yang pengen PDKT sama kamu selalu kabur” sindirku
     “Masya…” Tania mendekatiku. “Kok kamu tau” kami lalu tertawa. “Iya tau, aku juga heran kenapa mereka selalu bersikap seperti itu. Ehm.. Apa ada hubungannya dengan tompel sialan ini ya? Rasanya aku pengen operasi plastik supaya tompel ini hilang dan wajahku layaknya Soumya Seth seperti di film India itu” Tania keliatan seperti sedang berfikir keras.
     “Hati-hati! kalau jatuh sakit loh. Mengkhayalnya sampe segitunya”
     “Loh, apa salahnya kalau aku berkhayal seperti itu. Bilang aja kalau kamu takut tersaingi” Tania berusaha membela diri.
     “Idih, aku gak kepikiran sampe sana kali Tan” lirikku
     Tania adalah sahabat terbaikku. Dia supel, lumayan tajir, ceria, kocak dan harus ku akui jika dia tidak memiliki tompel dia terlihat lebih cantik. Tapi kenapa cowok-cowok pada ketakutan ya kalau Tania menggoda mereka. Aku jadi berkhayal yang tidak-tidak hingga bel masuk kelas membuyarkan lamunanku.

*****

     “Sya, Masya bangun sayang” panggil Chandra
     “Iya Sya, bangun. Jangan buat kami khawatir” Tania menangis karena dia menemukanku sudah tergeletak dilantai.
     “Ibu…” aku memanggil ibuku. “Mana ibuku Tania? Mana ibuku Chandra” aku menanyakan pertanyaan yang sama kepada mereka. Karena sebelum aku pingsan tadi, yang aku ingat aku sedang menerima telpon dari pihak rumah sakit dan suster yang mengabarkan kepadaku bahwa ibuku sedang berada di RS. THAFASA INDAH. Mereka mengatakan kalau ibuku terkena gagal ginjal.
     Padahal selama ini yang aku tau ibuku sehat wal’afiat. Tidak ada penyakit apalagi sampai terkena gagal ginjal seperti yang diberitahukan oleh pihak rumah sakit itu.
     “Kamu tenangkan diri kamu dulu Sya” ucap Tania
     Aku mencoba bangkit. “Aku harus temuin ibuku Tan. Chandra tolong bantu aku” aku mengulurkan tanganku
     “Pelan-pelan sayang” Chandra membantuku untuk bangun, begitupun dengan Tania.
     Chandra dan Tania menemaniku ke rumah sakit. Dari jauh ku lihat sosok wanita paruh baya terbaring lemah dengan bantuan oksigen dihidung. Hatiku teriris, tak terasa airmataku menetes.
     “Bagaimana keadaan ibuku dokter?” tanyaku ketika dokter keluar dari ruang UGD.
     “Kita bicara didalam ya” ajak dokternya. Aku mengikuti dokter keruangannya disusul dengan Chandra. Sedangkan Tania tetap menunggu diruang tunggu.
     Aku hampir pingsan lagi karena mendengar keterangan dari dokter. Aku syok, Chandra mengerti dan memegang pundakku.
     “Bagimana ini?” tolehku pada Chandra
     “Kita cari jalan keluarnya sama-sama ya” bujuk Chandra
     “Hanya ada satu cara agar dapat menyembuhkan ibumu” kata dokter
     “Apa itu dokter?” tanyaku berbarengan dengan Chandra
     “Kita harus cari pendonor ginjal” Saran dokter
     “Ambil ginjalku saja dok. Yang penting ibuku selamat” tawarku pada dokter
     “Ginjalku juga dok” Chandra menambahkan
     “Kita periksa dulu kecocokannya, mari” ajak dokter
     Setelah diperiksa, aku masih khawatir. Dari tadi aku hanya bolak-balik menunggu hasil yang akan disampaikan oleh dokter. Chandra keliatan cukup tenang namun diwajahnya rasa khawatir pupn terlihat disana.
     “Bagaimana hasilnya dok?” tanya Chandra
     “Mohon maaf mba Masya, ternyata ginjal anda tidak cocok dan ginjal Chandra yang lebih cocok” jelas dokter
     “Alhamdulillah”
     “Saya tinggal sebentar ya. nanti sekitar jam 2 kita mulai operasinya” dokter lalu meninggalkan kami
     “Aku gak tau musti bilang apa lagi sama kamu Chandra. Makasih karena kamu sudah mau membantu ibuku. Walaupun kamu tau kalau ibuku tidak suka pada hubungan kita” aku memeluknya
     “Sama-sama sayang. Ini namanya cobaan buat kita. Sudah jangan berfikir yang enggak-enggak lagi ya. yang penting ibumu bisa sembuh” senyumnya

*****

     Operasi berjalan dengan lancar. Perkembangan dari ibuku mulai terlihat membaik. Aku beranjak dan pergi keruang dimana Chandra dirawat. Kondisi Chandra mulai menurun semenjak selesai operasi. Namun dokter berhasil menenangkanku kalau Chandra akan baik-baik saja.
     Ketika aku memasuki ruangan senyum Chandra mengembang. Aku mendekat dan memegang tangan Chandra. Aku berharap dia cepat sembuh agar aku bisa menjelajah tempat-tempat yang ingin aku datangi bersamanya.
     Chandra lah yang aku harapkan saat ini. Dia selalu ada disaat aku butuhkan. Dialah yang terbaik diantara yang terbaik. Belum sempat aku berterima kasih padanya, tiba-tiba Chandra menghembuskan nafas terakhirnya lalu menutup mata.
     “Chan, kamu jangan main-main sama aku sayang. Aku tau kalau kamu sedang mengerjaiku” kembali kuraih tangannya dan tak sengaja memegang denyut nadinya.
     “Yank, sayang kamu gak lagi bercanda kan. Jangan kerjain aku lagi na” aku mulai panik, lagi-lagi kuperiksa denyut nadinya, tak ada. Ku dekatkan tanganku dihidungnya. Tak ada nafas yang kurasakan. Aku semakin panik. Aku berteriak memanggil dokter. Dokter dan perawat segera berlari memasuki ruangan.
     Dokter memeriksa Chandra. Aku mulai menangis dan terus memanggil namanya. “Dok, Chandra kenapa? Kenapa dia tidak membuka matanya?” aku terisak. “Bangun sayang. Kamu sudah janji kan sama aku kalau kamu gak akan ninggalin aku. Kamu akan selalu berada disampingku. Kamu ingat kan, kamu enggak lupa kan Chandra”.
     “Maafkan kami mba Masya. Kami sudah berusaha, tapi Tuhan berkehendak lain” kata dokter “Chandra telah tiada” jelas dokternya
     “Gak mungkin dok. Gak mungkin. Dokter pasti salah, tolong periksa kembali dok”
     “Maaf mba, mba Masya harus ikhlas”
     “Tidaaaaaaakkkkk…. Chandra bangun sayang!” aku mengguncang-guncang tubuhnya
     “Masya” panggil Tania. Aku menoleh, Tania dan ibuku memasuki ruangan. Ternyata ibuku sudah siuman.
     “Chandra kenapa Sya? Tania mengeryitkan alisnya
     “Maaf mba, ibu, kami tidak dapat menolong Chandra” ucap dokter
     “Chandra, Chandra sudah gak lada Tania L. Chandra udah pergi ninggalin kita. Dia udah pergi ninggalin aku” Tania memelukku. “Sabar Masya. Ini pasti ada hikmahnya” hibur Tania.
     Ibuku mendekatiku, Tania melepaskan pelukannya. Aku lalu memeluk ibuku dengan isak tangis yang tak dapat ku tahan.
“Tania sudah menjelaskan semuanya pada ibu. Ibu minta maaf karena selama ini, ibu telah menentang hubungan kalian. Ibu sadar, ibu terlalu egois tidak mengerti apa yang diinginkan oleh putri kesayangan ibu. Kamu yang sabar ya sayang, ibu yakin Masya adalah wanita yang kuat”.
Ibuku melepaskan pelukannya dan berjalan mendekati Chandra. “Chandra, kamu telah berkorban banyak untuk ibu. Ibu minta maaf karena telah menentang hubunganmu dengan Masya. Ibu tau ibu salah, ibu menyesal Chandra. Andai waktu bisa diulang, ibu pasti merestui hubungan kalian. Tapi penyesalan selalu datang terlambat. Semoga kamu tenang disana nak, doa ibu selalu menyertaimu” ucap ibuku
Aku kembali menggenggam tangan Chandra. Airmataku tak henti-hentinya mengalir. Rasanya separuh jiwaku telah pergi bersama kepergiannya. Kuraih tangannya dan kucium keningnya.
“I LOVE YOU SAYANK. Kamu tetap yang terbaik. Gak aka nada yang bisa menggantikanmu dihati ini. Selamat jalan sayang, istirahatlah dengan tenang, tunggu aku disurga” kubisikkan kalimat itu ditelinganya. Berharap dia akan mendengar pernyataanku itu.

*****

Setahun kemudian

          Seperti biasa bunga-bunga dariku selalu menghiasi nisan kekasihku yang telah berpulang lebih dulu. Kupanjatkan doa untuknya. “semoga kamu tenang sayang. Aku selalu setia disini. Banyak pria yang datang menghampiriku, tapi tak satu pun yang seperti dirimu. Kau tetap bintang keberuntunganku, walau kau sudah tiada”.
     Aku mengusap airmataku. Kulihat sosok Chandra tengah berdiri memandangiku. Dia tersenyum. Aku berdiri, kubalas senyumnya. Kemudia bayangan itu pun menghilang.
     “Aku tau, kamu selalu bersamaku. Kamu tidak akan pernah meninggalkanku. Walau raga kita terpisah namun hati kita selalu bersama” batinku
     Aku melangkah menjauhi nisan Chandra. Aku berhenti dan menoleh “Tunggu aku dikeabadian sayang. Aku akan datang sebagai permaisuri yang akan menghiasi hari-harimu dengan cinta dan kasih sayang. Kamu gak perlu khawatirkan aku disini. Aku gak akan macam-macam kok, sebab Hatiku Telah Hilang Bersama Kepergianmu”.


THE END


By_Fatmawati KM