Jumat, 24 April 2015

Hatiku Telah Hilang Bersama Kepergiannya

Aku Memilih Setia

     Tepuk tangan meriah menggema didalam ruangan setelah aku selesai bernyanyi. Aku cukup puas karena telah menghibur para peserta dan panitia yang hadir dalam acara tersebut.
     Aku mengembalikan microfon dan berjalan menghampiri teman-temanku. Sebenarnya tadi agak grogi juga karena saking banyaknya kepala yang memperhatikanku. Perasaan takut salah, takut lupa dan lain sebagainya sempat menghantui pikiranku.
     “Cieeehh…” goda Tania
     “Kenapa Tania? Aku tadi agak gugup loh”
     “Kamu keren. Suaramu bagus. Kamu tau aku paling suka kalau kamu lagi nyanyi karena cengkok-cengkok lagunya dapat banget” Tania mengacungkan 2 jempol didepan wajahku.
     “Kamu bisa aja kalau menghibur teman Tan” senyumku
     “Aku gak menghibur, ini kenyataan leh” Tania menegaskan
     “Oke-oke aku percaya padamu J”.
     Aku melirik kearah kiri kanan, mencari-cari pria yang tadi malam sempat berkenalan denganku. aku ingin memperjelas melihat wajahnya. Tapi tak ku dapat pria yang ciri-cirinya mirip dengannya. Sepertinya memang dia gak ada.
     Yang ku tau, dia berbadan tinggi dan berkulit hitam manis, hehe… Gula kali yang manis.

*****

     Sya, aku dapat nomornya. Kamu mau kah?
     Beneran kah? Boleh, kirimin dong!
     Perasaanku jadi senang begitu mendapat nomor telepon orang yang pernah menjadi pasanganku malam itu. Entah kenapa aku jadi penasaran sama dia, ya hanya sekedar pengen tau aja sih J.
     Malam ini rasanya bête banget. Ah… Coba aku telpon cowok itu aja. Barangkali dia gak sibuk.
     “Halo” jawab seseorang dari sebrang telpon. Tapi kok suaranya kayak bapak-bapak. Apa benar dia punya suara begini? Tapi pas malam itu suaranya bagus-bagus aja kok.
     “Halo” kembali terdengar suara dari sebrang.
     “Eh, iya halo” suara itu membuyarkan lamunanku.
     “Ini siapa? Cari siapa?” tanya suara itu
     “Saya Masya. Apa ini benar nomornya Chandra? Chandranya ada?” tanyaku
     “Iya benar. Tapi Chandranya lagi keluar sebentar” jelasnya
     “Oh… gitu ya. Saya bicara dengan siapa ya ini?”
     “Aku omnya. Ini pacarnya Chandra kah?”
     “Bukan om, saya bukan pacarnya. Kami hanya teman” jawabku menjelaskan
     “Teman kah? Kalau pacarnya juga gakpapa kok. Nanti aku salamkan sama Chandranya atau nanti aku kerumahmu antar jujuran? Rumahmu dimana dek?”
     Ehh.. buset. Ini omnya Chandra kok pembicaraannya langsung mengarah kesana ya. “Hehe Cuma teman kok om, gak lebih”. Senyumku, walau tak terlihat olehnya.

*****

     Setelah kejadian ditelpon beberapa hari yang lalu, membuat Chandra menghubungiku. Topik yang aku perbincangkan dengan omnya Chandra tempo hari mampu membuat kami semakin dekat. Kami jadi sering berkomunikasi, bertemu bahkan hang out bareng.
     Hari-hari yang kulalui dengannya tak pernah aku alami sebelumnya ketika aku bersama pria yang lain. Ada sesuatu yang berbeda darinya. Perasaan gelisah, khawatir dan tak ingin jauh darinya yang selalu aku rasakan ketika tak berada didekatnya.
     Aku tercengang ketika kata “I LOVE YOU” terucap dari bibirnya. Seakan tak percaya namun hati ini bahagia mendengar 3 kata tersebut.
     “Mau gak kamu jadi pacar aku?”
     “OMG Hellow, kamu gak tau kah aku sudah menanti-nantikan kapan kamu akan mengucapkan kata-kata itu kepadaku”. Kalian yakin aku mengatakan hal ini kepadanya? Jelas aku tak berucap seperti itu. Tapi aku hanya tersenyum, memperlihatkan senyum manisku yang mampu membuat orang gila berlari terpingkal-pingkal karena takut. Eh.. tidak-tidak, senyumku tak seseram itu juga kali.
     “Aku serius. Aku sayang sama kamu dan aku juga cinta sama kamu. Apa kamu sudi berbagi rasa suka maupun duka bersamaku?” dia lalu mencium tanganku. Ciiiaahhhhh… kata-katanya so sewot banget :D. eh salah, so sweet maksudnya hihi.
     “Tapi sebelum aku jawab, kamu harus janji satu hal padaku”
     “Janji apa?”
     “Janji kalau kamu sudah jadi pacarku, kamu gak akan ninggalin aku” aku mengacungkan jari kelingkingku kearahnya. Dia lalu melingkarkan jari kelingkingnya ke jari kelingkingku.
     “Oke aku janji” jawabnya mantap. Dia kembali menggenggam tanganku dan menatapku penuh dengan kebahagiaan.

*****

     Dimulai sejak saat itu, kemana-mana aku selalu bersama Chandra. Pulang-pergi sekolah, latihan dan banyak tempat-tempat yang aku singgahi bersamanya. Semua terasa indah.
     “Ciiehhh… Sekarang kemana-mana selalu sama Chandra ya. Kayak lem sama perangko” goda Tania
     “Hehehe… ah Tania bisa aja” aku merasa sedikit malu
     “Kamu serasi loh sama Chandra Sya. Aku kadang iri ngeliat kemesraan kalian. Seakan-akan dunia milik berdua aja” Tania memperlihatkan wajah cemberutnya
     “Ihh.. enggak usah cemberut gitu juga kali Tan. Jealous ya? :p makanya cari pacar juga dong” ujarku
     “Ah… Masya, aku sudah selalu mencoba untuk mencari, tapi semua cowok yang dekat sama aku gak ada yang sesuai dengan kriteriaku” curhatnya
     “Gak sesuai atau kamu terlihat kayak hantu yang nyeremin. Makanya setiap cowok yang pengen PDKT sama kamu selalu kabur” sindirku
     “Masya…” Tania mendekatiku. “Kok kamu tau” kami lalu tertawa. “Iya tau, aku juga heran kenapa mereka selalu bersikap seperti itu. Ehm.. Apa ada hubungannya dengan tompel sialan ini ya? Rasanya aku pengen operasi plastik supaya tompel ini hilang dan wajahku layaknya Soumya Seth seperti di film India itu” Tania keliatan seperti sedang berfikir keras.
     “Hati-hati! kalau jatuh sakit loh. Mengkhayalnya sampe segitunya”
     “Loh, apa salahnya kalau aku berkhayal seperti itu. Bilang aja kalau kamu takut tersaingi” Tania berusaha membela diri.
     “Idih, aku gak kepikiran sampe sana kali Tan” lirikku
     Tania adalah sahabat terbaikku. Dia supel, lumayan tajir, ceria, kocak dan harus ku akui jika dia tidak memiliki tompel dia terlihat lebih cantik. Tapi kenapa cowok-cowok pada ketakutan ya kalau Tania menggoda mereka. Aku jadi berkhayal yang tidak-tidak hingga bel masuk kelas membuyarkan lamunanku.

*****

     “Sya, Masya bangun sayang” panggil Chandra
     “Iya Sya, bangun. Jangan buat kami khawatir” Tania menangis karena dia menemukanku sudah tergeletak dilantai.
     “Ibu…” aku memanggil ibuku. “Mana ibuku Tania? Mana ibuku Chandra” aku menanyakan pertanyaan yang sama kepada mereka. Karena sebelum aku pingsan tadi, yang aku ingat aku sedang menerima telpon dari pihak rumah sakit dan suster yang mengabarkan kepadaku bahwa ibuku sedang berada di RS. THAFASA INDAH. Mereka mengatakan kalau ibuku terkena gagal ginjal.
     Padahal selama ini yang aku tau ibuku sehat wal’afiat. Tidak ada penyakit apalagi sampai terkena gagal ginjal seperti yang diberitahukan oleh pihak rumah sakit itu.
     “Kamu tenangkan diri kamu dulu Sya” ucap Tania
     Aku mencoba bangkit. “Aku harus temuin ibuku Tan. Chandra tolong bantu aku” aku mengulurkan tanganku
     “Pelan-pelan sayang” Chandra membantuku untuk bangun, begitupun dengan Tania.
     Chandra dan Tania menemaniku ke rumah sakit. Dari jauh ku lihat sosok wanita paruh baya terbaring lemah dengan bantuan oksigen dihidung. Hatiku teriris, tak terasa airmataku menetes.
     “Bagaimana keadaan ibuku dokter?” tanyaku ketika dokter keluar dari ruang UGD.
     “Kita bicara didalam ya” ajak dokternya. Aku mengikuti dokter keruangannya disusul dengan Chandra. Sedangkan Tania tetap menunggu diruang tunggu.
     Aku hampir pingsan lagi karena mendengar keterangan dari dokter. Aku syok, Chandra mengerti dan memegang pundakku.
     “Bagimana ini?” tolehku pada Chandra
     “Kita cari jalan keluarnya sama-sama ya” bujuk Chandra
     “Hanya ada satu cara agar dapat menyembuhkan ibumu” kata dokter
     “Apa itu dokter?” tanyaku berbarengan dengan Chandra
     “Kita harus cari pendonor ginjal” Saran dokter
     “Ambil ginjalku saja dok. Yang penting ibuku selamat” tawarku pada dokter
     “Ginjalku juga dok” Chandra menambahkan
     “Kita periksa dulu kecocokannya, mari” ajak dokter
     Setelah diperiksa, aku masih khawatir. Dari tadi aku hanya bolak-balik menunggu hasil yang akan disampaikan oleh dokter. Chandra keliatan cukup tenang namun diwajahnya rasa khawatir pupn terlihat disana.
     “Bagaimana hasilnya dok?” tanya Chandra
     “Mohon maaf mba Masya, ternyata ginjal anda tidak cocok dan ginjal Chandra yang lebih cocok” jelas dokter
     “Alhamdulillah”
     “Saya tinggal sebentar ya. nanti sekitar jam 2 kita mulai operasinya” dokter lalu meninggalkan kami
     “Aku gak tau musti bilang apa lagi sama kamu Chandra. Makasih karena kamu sudah mau membantu ibuku. Walaupun kamu tau kalau ibuku tidak suka pada hubungan kita” aku memeluknya
     “Sama-sama sayang. Ini namanya cobaan buat kita. Sudah jangan berfikir yang enggak-enggak lagi ya. yang penting ibumu bisa sembuh” senyumnya

*****

     Operasi berjalan dengan lancar. Perkembangan dari ibuku mulai terlihat membaik. Aku beranjak dan pergi keruang dimana Chandra dirawat. Kondisi Chandra mulai menurun semenjak selesai operasi. Namun dokter berhasil menenangkanku kalau Chandra akan baik-baik saja.
     Ketika aku memasuki ruangan senyum Chandra mengembang. Aku mendekat dan memegang tangan Chandra. Aku berharap dia cepat sembuh agar aku bisa menjelajah tempat-tempat yang ingin aku datangi bersamanya.
     Chandra lah yang aku harapkan saat ini. Dia selalu ada disaat aku butuhkan. Dialah yang terbaik diantara yang terbaik. Belum sempat aku berterima kasih padanya, tiba-tiba Chandra menghembuskan nafas terakhirnya lalu menutup mata.
     “Chan, kamu jangan main-main sama aku sayang. Aku tau kalau kamu sedang mengerjaiku” kembali kuraih tangannya dan tak sengaja memegang denyut nadinya.
     “Yank, sayang kamu gak lagi bercanda kan. Jangan kerjain aku lagi na” aku mulai panik, lagi-lagi kuperiksa denyut nadinya, tak ada. Ku dekatkan tanganku dihidungnya. Tak ada nafas yang kurasakan. Aku semakin panik. Aku berteriak memanggil dokter. Dokter dan perawat segera berlari memasuki ruangan.
     Dokter memeriksa Chandra. Aku mulai menangis dan terus memanggil namanya. “Dok, Chandra kenapa? Kenapa dia tidak membuka matanya?” aku terisak. “Bangun sayang. Kamu sudah janji kan sama aku kalau kamu gak akan ninggalin aku. Kamu akan selalu berada disampingku. Kamu ingat kan, kamu enggak lupa kan Chandra”.
     “Maafkan kami mba Masya. Kami sudah berusaha, tapi Tuhan berkehendak lain” kata dokter “Chandra telah tiada” jelas dokternya
     “Gak mungkin dok. Gak mungkin. Dokter pasti salah, tolong periksa kembali dok”
     “Maaf mba, mba Masya harus ikhlas”
     “Tidaaaaaaakkkkk…. Chandra bangun sayang!” aku mengguncang-guncang tubuhnya
     “Masya” panggil Tania. Aku menoleh, Tania dan ibuku memasuki ruangan. Ternyata ibuku sudah siuman.
     “Chandra kenapa Sya? Tania mengeryitkan alisnya
     “Maaf mba, ibu, kami tidak dapat menolong Chandra” ucap dokter
     “Chandra, Chandra sudah gak lada Tania L. Chandra udah pergi ninggalin kita. Dia udah pergi ninggalin aku” Tania memelukku. “Sabar Masya. Ini pasti ada hikmahnya” hibur Tania.
     Ibuku mendekatiku, Tania melepaskan pelukannya. Aku lalu memeluk ibuku dengan isak tangis yang tak dapat ku tahan.
“Tania sudah menjelaskan semuanya pada ibu. Ibu minta maaf karena selama ini, ibu telah menentang hubungan kalian. Ibu sadar, ibu terlalu egois tidak mengerti apa yang diinginkan oleh putri kesayangan ibu. Kamu yang sabar ya sayang, ibu yakin Masya adalah wanita yang kuat”.
Ibuku melepaskan pelukannya dan berjalan mendekati Chandra. “Chandra, kamu telah berkorban banyak untuk ibu. Ibu minta maaf karena telah menentang hubunganmu dengan Masya. Ibu tau ibu salah, ibu menyesal Chandra. Andai waktu bisa diulang, ibu pasti merestui hubungan kalian. Tapi penyesalan selalu datang terlambat. Semoga kamu tenang disana nak, doa ibu selalu menyertaimu” ucap ibuku
Aku kembali menggenggam tangan Chandra. Airmataku tak henti-hentinya mengalir. Rasanya separuh jiwaku telah pergi bersama kepergiannya. Kuraih tangannya dan kucium keningnya.
“I LOVE YOU SAYANK. Kamu tetap yang terbaik. Gak aka nada yang bisa menggantikanmu dihati ini. Selamat jalan sayang, istirahatlah dengan tenang, tunggu aku disurga” kubisikkan kalimat itu ditelinganya. Berharap dia akan mendengar pernyataanku itu.

*****

Setahun kemudian

          Seperti biasa bunga-bunga dariku selalu menghiasi nisan kekasihku yang telah berpulang lebih dulu. Kupanjatkan doa untuknya. “semoga kamu tenang sayang. Aku selalu setia disini. Banyak pria yang datang menghampiriku, tapi tak satu pun yang seperti dirimu. Kau tetap bintang keberuntunganku, walau kau sudah tiada”.
     Aku mengusap airmataku. Kulihat sosok Chandra tengah berdiri memandangiku. Dia tersenyum. Aku berdiri, kubalas senyumnya. Kemudia bayangan itu pun menghilang.
     “Aku tau, kamu selalu bersamaku. Kamu tidak akan pernah meninggalkanku. Walau raga kita terpisah namun hati kita selalu bersama” batinku
     Aku melangkah menjauhi nisan Chandra. Aku berhenti dan menoleh “Tunggu aku dikeabadian sayang. Aku akan datang sebagai permaisuri yang akan menghiasi hari-harimu dengan cinta dan kasih sayang. Kamu gak perlu khawatirkan aku disini. Aku gak akan macam-macam kok, sebab Hatiku Telah Hilang Bersama Kepergianmu”.


THE END


By_Fatmawati KM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar