Jumat, 24 April 2015

Hatiku Telah Hilang Bersama Kepergiannya

Aku Memilih Setia

     Tepuk tangan meriah menggema didalam ruangan setelah aku selesai bernyanyi. Aku cukup puas karena telah menghibur para peserta dan panitia yang hadir dalam acara tersebut.
     Aku mengembalikan microfon dan berjalan menghampiri teman-temanku. Sebenarnya tadi agak grogi juga karena saking banyaknya kepala yang memperhatikanku. Perasaan takut salah, takut lupa dan lain sebagainya sempat menghantui pikiranku.
     “Cieeehh…” goda Tania
     “Kenapa Tania? Aku tadi agak gugup loh”
     “Kamu keren. Suaramu bagus. Kamu tau aku paling suka kalau kamu lagi nyanyi karena cengkok-cengkok lagunya dapat banget” Tania mengacungkan 2 jempol didepan wajahku.
     “Kamu bisa aja kalau menghibur teman Tan” senyumku
     “Aku gak menghibur, ini kenyataan leh” Tania menegaskan
     “Oke-oke aku percaya padamu J”.
     Aku melirik kearah kiri kanan, mencari-cari pria yang tadi malam sempat berkenalan denganku. aku ingin memperjelas melihat wajahnya. Tapi tak ku dapat pria yang ciri-cirinya mirip dengannya. Sepertinya memang dia gak ada.
     Yang ku tau, dia berbadan tinggi dan berkulit hitam manis, hehe… Gula kali yang manis.

*****

     Sya, aku dapat nomornya. Kamu mau kah?
     Beneran kah? Boleh, kirimin dong!
     Perasaanku jadi senang begitu mendapat nomor telepon orang yang pernah menjadi pasanganku malam itu. Entah kenapa aku jadi penasaran sama dia, ya hanya sekedar pengen tau aja sih J.
     Malam ini rasanya bĂȘte banget. Ah… Coba aku telpon cowok itu aja. Barangkali dia gak sibuk.
     “Halo” jawab seseorang dari sebrang telpon. Tapi kok suaranya kayak bapak-bapak. Apa benar dia punya suara begini? Tapi pas malam itu suaranya bagus-bagus aja kok.
     “Halo” kembali terdengar suara dari sebrang.
     “Eh, iya halo” suara itu membuyarkan lamunanku.
     “Ini siapa? Cari siapa?” tanya suara itu
     “Saya Masya. Apa ini benar nomornya Chandra? Chandranya ada?” tanyaku
     “Iya benar. Tapi Chandranya lagi keluar sebentar” jelasnya
     “Oh… gitu ya. Saya bicara dengan siapa ya ini?”
     “Aku omnya. Ini pacarnya Chandra kah?”
     “Bukan om, saya bukan pacarnya. Kami hanya teman” jawabku menjelaskan
     “Teman kah? Kalau pacarnya juga gakpapa kok. Nanti aku salamkan sama Chandranya atau nanti aku kerumahmu antar jujuran? Rumahmu dimana dek?”
     Ehh.. buset. Ini omnya Chandra kok pembicaraannya langsung mengarah kesana ya. “Hehe Cuma teman kok om, gak lebih”. Senyumku, walau tak terlihat olehnya.

*****

     Setelah kejadian ditelpon beberapa hari yang lalu, membuat Chandra menghubungiku. Topik yang aku perbincangkan dengan omnya Chandra tempo hari mampu membuat kami semakin dekat. Kami jadi sering berkomunikasi, bertemu bahkan hang out bareng.
     Hari-hari yang kulalui dengannya tak pernah aku alami sebelumnya ketika aku bersama pria yang lain. Ada sesuatu yang berbeda darinya. Perasaan gelisah, khawatir dan tak ingin jauh darinya yang selalu aku rasakan ketika tak berada didekatnya.
     Aku tercengang ketika kata “I LOVE YOU” terucap dari bibirnya. Seakan tak percaya namun hati ini bahagia mendengar 3 kata tersebut.
     “Mau gak kamu jadi pacar aku?”
     “OMG Hellow, kamu gak tau kah aku sudah menanti-nantikan kapan kamu akan mengucapkan kata-kata itu kepadaku”. Kalian yakin aku mengatakan hal ini kepadanya? Jelas aku tak berucap seperti itu. Tapi aku hanya tersenyum, memperlihatkan senyum manisku yang mampu membuat orang gila berlari terpingkal-pingkal karena takut. Eh.. tidak-tidak, senyumku tak seseram itu juga kali.
     “Aku serius. Aku sayang sama kamu dan aku juga cinta sama kamu. Apa kamu sudi berbagi rasa suka maupun duka bersamaku?” dia lalu mencium tanganku. Ciiiaahhhhh… kata-katanya so sewot banget :D. eh salah, so sweet maksudnya hihi.
     “Tapi sebelum aku jawab, kamu harus janji satu hal padaku”
     “Janji apa?”
     “Janji kalau kamu sudah jadi pacarku, kamu gak akan ninggalin aku” aku mengacungkan jari kelingkingku kearahnya. Dia lalu melingkarkan jari kelingkingnya ke jari kelingkingku.
     “Oke aku janji” jawabnya mantap. Dia kembali menggenggam tanganku dan menatapku penuh dengan kebahagiaan.

*****

     Dimulai sejak saat itu, kemana-mana aku selalu bersama Chandra. Pulang-pergi sekolah, latihan dan banyak tempat-tempat yang aku singgahi bersamanya. Semua terasa indah.
     “Ciiehhh… Sekarang kemana-mana selalu sama Chandra ya. Kayak lem sama perangko” goda Tania
     “Hehehe… ah Tania bisa aja” aku merasa sedikit malu
     “Kamu serasi loh sama Chandra Sya. Aku kadang iri ngeliat kemesraan kalian. Seakan-akan dunia milik berdua aja” Tania memperlihatkan wajah cemberutnya
     “Ihh.. enggak usah cemberut gitu juga kali Tan. Jealous ya? :p makanya cari pacar juga dong” ujarku
     “Ah… Masya, aku sudah selalu mencoba untuk mencari, tapi semua cowok yang dekat sama aku gak ada yang sesuai dengan kriteriaku” curhatnya
     “Gak sesuai atau kamu terlihat kayak hantu yang nyeremin. Makanya setiap cowok yang pengen PDKT sama kamu selalu kabur” sindirku
     “Masya…” Tania mendekatiku. “Kok kamu tau” kami lalu tertawa. “Iya tau, aku juga heran kenapa mereka selalu bersikap seperti itu. Ehm.. Apa ada hubungannya dengan tompel sialan ini ya? Rasanya aku pengen operasi plastik supaya tompel ini hilang dan wajahku layaknya Soumya Seth seperti di film India itu” Tania keliatan seperti sedang berfikir keras.
     “Hati-hati! kalau jatuh sakit loh. Mengkhayalnya sampe segitunya”
     “Loh, apa salahnya kalau aku berkhayal seperti itu. Bilang aja kalau kamu takut tersaingi” Tania berusaha membela diri.
     “Idih, aku gak kepikiran sampe sana kali Tan” lirikku
     Tania adalah sahabat terbaikku. Dia supel, lumayan tajir, ceria, kocak dan harus ku akui jika dia tidak memiliki tompel dia terlihat lebih cantik. Tapi kenapa cowok-cowok pada ketakutan ya kalau Tania menggoda mereka. Aku jadi berkhayal yang tidak-tidak hingga bel masuk kelas membuyarkan lamunanku.

*****

     “Sya, Masya bangun sayang” panggil Chandra
     “Iya Sya, bangun. Jangan buat kami khawatir” Tania menangis karena dia menemukanku sudah tergeletak dilantai.
     “Ibu…” aku memanggil ibuku. “Mana ibuku Tania? Mana ibuku Chandra” aku menanyakan pertanyaan yang sama kepada mereka. Karena sebelum aku pingsan tadi, yang aku ingat aku sedang menerima telpon dari pihak rumah sakit dan suster yang mengabarkan kepadaku bahwa ibuku sedang berada di RS. THAFASA INDAH. Mereka mengatakan kalau ibuku terkena gagal ginjal.
     Padahal selama ini yang aku tau ibuku sehat wal’afiat. Tidak ada penyakit apalagi sampai terkena gagal ginjal seperti yang diberitahukan oleh pihak rumah sakit itu.
     “Kamu tenangkan diri kamu dulu Sya” ucap Tania
     Aku mencoba bangkit. “Aku harus temuin ibuku Tan. Chandra tolong bantu aku” aku mengulurkan tanganku
     “Pelan-pelan sayang” Chandra membantuku untuk bangun, begitupun dengan Tania.
     Chandra dan Tania menemaniku ke rumah sakit. Dari jauh ku lihat sosok wanita paruh baya terbaring lemah dengan bantuan oksigen dihidung. Hatiku teriris, tak terasa airmataku menetes.
     “Bagaimana keadaan ibuku dokter?” tanyaku ketika dokter keluar dari ruang UGD.
     “Kita bicara didalam ya” ajak dokternya. Aku mengikuti dokter keruangannya disusul dengan Chandra. Sedangkan Tania tetap menunggu diruang tunggu.
     Aku hampir pingsan lagi karena mendengar keterangan dari dokter. Aku syok, Chandra mengerti dan memegang pundakku.
     “Bagimana ini?” tolehku pada Chandra
     “Kita cari jalan keluarnya sama-sama ya” bujuk Chandra
     “Hanya ada satu cara agar dapat menyembuhkan ibumu” kata dokter
     “Apa itu dokter?” tanyaku berbarengan dengan Chandra
     “Kita harus cari pendonor ginjal” Saran dokter
     “Ambil ginjalku saja dok. Yang penting ibuku selamat” tawarku pada dokter
     “Ginjalku juga dok” Chandra menambahkan
     “Kita periksa dulu kecocokannya, mari” ajak dokter
     Setelah diperiksa, aku masih khawatir. Dari tadi aku hanya bolak-balik menunggu hasil yang akan disampaikan oleh dokter. Chandra keliatan cukup tenang namun diwajahnya rasa khawatir pupn terlihat disana.
     “Bagaimana hasilnya dok?” tanya Chandra
     “Mohon maaf mba Masya, ternyata ginjal anda tidak cocok dan ginjal Chandra yang lebih cocok” jelas dokter
     “Alhamdulillah”
     “Saya tinggal sebentar ya. nanti sekitar jam 2 kita mulai operasinya” dokter lalu meninggalkan kami
     “Aku gak tau musti bilang apa lagi sama kamu Chandra. Makasih karena kamu sudah mau membantu ibuku. Walaupun kamu tau kalau ibuku tidak suka pada hubungan kita” aku memeluknya
     “Sama-sama sayang. Ini namanya cobaan buat kita. Sudah jangan berfikir yang enggak-enggak lagi ya. yang penting ibumu bisa sembuh” senyumnya

*****

     Operasi berjalan dengan lancar. Perkembangan dari ibuku mulai terlihat membaik. Aku beranjak dan pergi keruang dimana Chandra dirawat. Kondisi Chandra mulai menurun semenjak selesai operasi. Namun dokter berhasil menenangkanku kalau Chandra akan baik-baik saja.
     Ketika aku memasuki ruangan senyum Chandra mengembang. Aku mendekat dan memegang tangan Chandra. Aku berharap dia cepat sembuh agar aku bisa menjelajah tempat-tempat yang ingin aku datangi bersamanya.
     Chandra lah yang aku harapkan saat ini. Dia selalu ada disaat aku butuhkan. Dialah yang terbaik diantara yang terbaik. Belum sempat aku berterima kasih padanya, tiba-tiba Chandra menghembuskan nafas terakhirnya lalu menutup mata.
     “Chan, kamu jangan main-main sama aku sayang. Aku tau kalau kamu sedang mengerjaiku” kembali kuraih tangannya dan tak sengaja memegang denyut nadinya.
     “Yank, sayang kamu gak lagi bercanda kan. Jangan kerjain aku lagi na” aku mulai panik, lagi-lagi kuperiksa denyut nadinya, tak ada. Ku dekatkan tanganku dihidungnya. Tak ada nafas yang kurasakan. Aku semakin panik. Aku berteriak memanggil dokter. Dokter dan perawat segera berlari memasuki ruangan.
     Dokter memeriksa Chandra. Aku mulai menangis dan terus memanggil namanya. “Dok, Chandra kenapa? Kenapa dia tidak membuka matanya?” aku terisak. “Bangun sayang. Kamu sudah janji kan sama aku kalau kamu gak akan ninggalin aku. Kamu akan selalu berada disampingku. Kamu ingat kan, kamu enggak lupa kan Chandra”.
     “Maafkan kami mba Masya. Kami sudah berusaha, tapi Tuhan berkehendak lain” kata dokter “Chandra telah tiada” jelas dokternya
     “Gak mungkin dok. Gak mungkin. Dokter pasti salah, tolong periksa kembali dok”
     “Maaf mba, mba Masya harus ikhlas”
     “Tidaaaaaaakkkkk…. Chandra bangun sayang!” aku mengguncang-guncang tubuhnya
     “Masya” panggil Tania. Aku menoleh, Tania dan ibuku memasuki ruangan. Ternyata ibuku sudah siuman.
     “Chandra kenapa Sya? Tania mengeryitkan alisnya
     “Maaf mba, ibu, kami tidak dapat menolong Chandra” ucap dokter
     “Chandra, Chandra sudah gak lada Tania L. Chandra udah pergi ninggalin kita. Dia udah pergi ninggalin aku” Tania memelukku. “Sabar Masya. Ini pasti ada hikmahnya” hibur Tania.
     Ibuku mendekatiku, Tania melepaskan pelukannya. Aku lalu memeluk ibuku dengan isak tangis yang tak dapat ku tahan.
“Tania sudah menjelaskan semuanya pada ibu. Ibu minta maaf karena selama ini, ibu telah menentang hubungan kalian. Ibu sadar, ibu terlalu egois tidak mengerti apa yang diinginkan oleh putri kesayangan ibu. Kamu yang sabar ya sayang, ibu yakin Masya adalah wanita yang kuat”.
Ibuku melepaskan pelukannya dan berjalan mendekati Chandra. “Chandra, kamu telah berkorban banyak untuk ibu. Ibu minta maaf karena telah menentang hubunganmu dengan Masya. Ibu tau ibu salah, ibu menyesal Chandra. Andai waktu bisa diulang, ibu pasti merestui hubungan kalian. Tapi penyesalan selalu datang terlambat. Semoga kamu tenang disana nak, doa ibu selalu menyertaimu” ucap ibuku
Aku kembali menggenggam tangan Chandra. Airmataku tak henti-hentinya mengalir. Rasanya separuh jiwaku telah pergi bersama kepergiannya. Kuraih tangannya dan kucium keningnya.
“I LOVE YOU SAYANK. Kamu tetap yang terbaik. Gak aka nada yang bisa menggantikanmu dihati ini. Selamat jalan sayang, istirahatlah dengan tenang, tunggu aku disurga” kubisikkan kalimat itu ditelinganya. Berharap dia akan mendengar pernyataanku itu.

*****

Setahun kemudian

          Seperti biasa bunga-bunga dariku selalu menghiasi nisan kekasihku yang telah berpulang lebih dulu. Kupanjatkan doa untuknya. “semoga kamu tenang sayang. Aku selalu setia disini. Banyak pria yang datang menghampiriku, tapi tak satu pun yang seperti dirimu. Kau tetap bintang keberuntunganku, walau kau sudah tiada”.
     Aku mengusap airmataku. Kulihat sosok Chandra tengah berdiri memandangiku. Dia tersenyum. Aku berdiri, kubalas senyumnya. Kemudia bayangan itu pun menghilang.
     “Aku tau, kamu selalu bersamaku. Kamu tidak akan pernah meninggalkanku. Walau raga kita terpisah namun hati kita selalu bersama” batinku
     Aku melangkah menjauhi nisan Chandra. Aku berhenti dan menoleh “Tunggu aku dikeabadian sayang. Aku akan datang sebagai permaisuri yang akan menghiasi hari-harimu dengan cinta dan kasih sayang. Kamu gak perlu khawatirkan aku disini. Aku gak akan macam-macam kok, sebab Hatiku Telah Hilang Bersama Kepergianmu”.


THE END


By_Fatmawati KM

Senin, 13 April 2015

6 Hari with PWD

6 Hari with PWD


          Sebagian perserta telah berbaris rapi dilapangan depan Kantor Bupati Kutai Timur, untuk mengikuti Upacara Hari Ulang Tahun Pramuka yang ke 53 sekaligus Pembukaan Perkemahan Wirakarya Daerah yang akan dilaksanakan di Sangkima dari tanggal 3-8 September 2014.
          Mataku fokus pada peserta upacara mencari-cari sosok pria yang sangat ingin aku lihat, namun hasilnya nihil. Dia belum sampai ke area upacara. Sambil memperhatikan peserta upacara aku mengirimkan pesan singkat untuknya. Belum sempat aku mendapatkan balasan darinya, tiba-tiba dari sisi kiri lapangan peserta yang lain datang berjalan dengan sangat rapi menuju barisan paling ujung.
          Hatiku sangat gembira ketika pandanganku tertuju pada peserta yang sudah tak asing lagi dimataku. Aku tersenyum. Kulihat dia juga sedang mencari seseorang. Dia terus melihat kearah podium utama sambil memegang Hpnya. Sepertinya dia sedang mengetik SMS. Dan benar juga, setelah selesai mengetik SMS dia kembali melihat kearah podium. Hpku bergetar, segera ku raih Hpku yang ada didalam saku bajuku, 1 pesan masuk dari si dia pastinya J.
          Sayank dimana?
Aku tersenyum. Begitu selesai membalas pesannya, ku lambaikan tanganku sebagai tanda agar dia bisa melihatku. Dia tersenyum mendapatiku yang tengah berdiri menatap kearahnya.
          Upacara berjalan dengan lancar, tiba saatnya hiburan dan atraksi. Aku berjalan menghampirinya. Ada senyum kebahagiaan diwajahnya. Kami pun berjabat tangan, ingin rasanya aku memeluknya tapi itu hal yang tak mungkin ku lakukan. Karena kami berada ditengah banyak peserta dan para undangan. Aku sangat bahagia tatapanku tak lepas darinya.
          Karena seluruh petugas upacara berkumpul aku meninggalkannya sendiri. Setelah pamit, kembali senyumnya mengembang. Oh Tuhan… senyum itu yang selalu membuat hatiku luluh dan tak berdaya.
          Dari jauh, kulihat kegembiraan dalam dirinya, berfoto ria bersama teman-temannya. Dialah Thamrin orang yang sangat aku cintai. Dari kejauhan tampak dia sedang menelpon seseorang dan ternyata dia menelponku. Dia menanyakan posisiku sekarang, agak ribet sebenarnya menjelaskannya. Namun, akhirnya dia mendapatiku. Dia menghampiriku dan meminta salah satu dari temanku untuk mengambil gambarku dengannya. Senang rasanya bisa berfoto berdua memakai seragam pramuka seperti sekarang ini.
          Setelah selesai dia kemudian pamit pergi, karena takut ditinggal bus. Haha . . . sayank-sayank. Tapi anehnya dia memanggilku untuk mendatanginya. Katanya busnya belum datang dan kayaknya masih lama untuk kembali ke perkemahan.
Dia melambaikan tangan ketika melihatku berjalan ke arahnya. Aduh… banyak temannya lagi, malu banget rasanya aku ni.
          Aku hanya bisa tersenyum, begitu didekatnya dia langsung memelukku. OMG, kenapa dia jadi senekat ini meluk aku didepan umum. Teman-temannya yang melihat kami berdua tersenyum sambil menggoda kami.
          “Kok kamu jadi nekat gini sih meluk aku didepan umum?” tanyaku sambil berbisik
          “Loh knp? Siapa yang mau marah? Kamu takut kah kalau pacarmu ada disini liat kamu dipeluk sama aku?” jawab Thamrin
          “Ah… ngomong apa sih. Pacarku kan cuma kamu, ngapain aku takut. Aku Cuma gak nyangka aja sayank meluk aku didepan umum kayak gini”
          “Ah… gakpapa. Lagian siapa kemarin yang bilang mau meluk aku kalau ketemu walau pun didepan umum? Eh.. ternyata gak berani juga” sanggahnya
          “Iya deh, ngalah aja aku” senyumku padanya

 Kami kembali berfoto bersama, begitupun dengan teman-temannya yang cewek dan teman-temanku. Aku merasa senang berada didekat mereka, mereka gak sombong. Mereka semua bersahabat. 
          Berada didekat pacarku saat ini membuat hatiku tenang dan bahagia. Entah harus berbuat apa dan berbicara tentang apa. Aku tak mampu berucap sepatah kata pun, yang bisa aku lakukan saat ini hanya tersenyum dan tersenyum. Ya elah senyum mulu dari tadi. Bisa-bisa pecah nih bibir gara-gara senyum mulu :P.
          “Aku pulang dulu ya sayank, soalnya teman-temanku mau siap-siap untuk pergi ke Perkemahan. Mereka semua jadi panitia”
          “Terus sayank gak jadi panitia kah?”
          “Aku kan kuliah yank, aku gak jadi panitia. Tapi ntar aku datang kalau ada waktu sama ada motor”
          “Hmmm… iya sudah deh”. Maaf ya sayank aku bohong sama kamu. Aku juga jadi salah satu panitia di PWD ini. Tapi ini kejutan buat kamu J.
          Setelah selesai kuliah aku segera pulang dan membawa perlengkapan yang aku butuhkan. Aku berangkat bersama sepupuku. tidak membutuhkan waktu yang lama, aku telah sampai di area perkemahan. Sudah sejak tadi ponselku berdering terus, itu tandanya Thamrin mengirim SMS beberapa kali. Dia sangat berharap aku datang. Aku jadi semakin tidak tega. Tapi aku tetap optimis dengan rencanaku.
          Aku berjalan memasuki area perkemahan. Banyak stand pameran didepan sana. Aku melihat salah seorang yang menjaga stand. Itu stand dari kontingen Kutai Kartanegara. Dan kalian tau siapa yang sedang menjaga stand itu?. Dia adalah pacarku Muhammad Thamrin. Sambil berjalan aku tetap menatapnya. Kemudian dia melihat kearahku, dia kelihatan sangat heran dengan kedatanganku namun kembali dia tersenyum. Aku melambaikan tanganku dengan penuh rasa sayank. Ada kegembiraan terpancar diwajahnya.
Aku mengganti pakaian dengan seragam pramuka, kemudian duduk di stand pameranku.
          “Kak, ada Thamrin loh disana” kata Marzuki, lagi-lagi dia menggodaku “Gak kesana kah kak liatin dia?” sambil terus tersenyum padaku
          “Ya udah, aku mau kesana sebentar, kangen juga aku. Kamu jaga stand ya” tawarku
          “Iya kaka cantik”
“wooh mulai lagi anak ini” fikirku
          Aku berjalan pelan tapi pasti. “kok aku jadi deg degan gini ya”. Aneh nih hati, kayak baru pertama kali ketemu saja. Begitu melihatku dia langsung memamerkan senyumnya.
          “Katanya gak bisa datang” ucapnya dengan cepat. “Mau bermalam kah? Besok sudah mau pulang?” beh pertanyaan itu
          “Aku gak pulang sayank. Aku disini aja. Paling ntar jaga stand aja aku sampai hari akhir”
Kami berbicara cukup lama. Karena malam ini peserta PWD ada materi aku pun kembali ke stand pameranku. Begitu sampai ke stand pameran, seisi penghuni stand pameran Saka Bhayangkara Cabang Kutai Timur menggodaku.
“Ciiieee… Yang habis ketemu pacar. Lama gak ketemu jadi kangen-kangenan dulu sebentar” ucap salah satu temanku, dan yang lain ikut menggodaku “Ciieee”
“Ciiiee… Apa sih? Biasa aja kali. Orang tadi di Bukit Pelangi juga sudah ketemu kok” sanggahku. Ya itung-itung biar mereka tidak menggodaku terus. Malu juga lah di godain sama ade tingkat begitu. Mana senyumnya senyum-senyum gimana gitu.

*****

Malam ini acara pensi yang pertama. Dan kebetulan Kontingen dari Kutai Kartanegara juga tampil. Salah satu pesertanya adalah Thamrin. Ini adalah moment pertama aku melihatnya menari. Biasanya aku hanya melihat dia memimpin. Apa yang menyebabkan dia jadi berani ikut nari seperti sekarang ini. Aku gak nyangka sendiri eh, hehehe. Aku berdiri dibelakang kerumunan orang, aku jadi susah melihat. Maklum tinggi gak memadai jadi aku pindah dekat stand pameranku. Dari sini aku bisa melihatnya menari dengan jelas sampai selesai.
Begitu selesai menari, Thamrin masih sibuk bersama teman-temannya. Aku dengan setia menunggunya. Tak lama dia datang menghampiriku. “Mau kemana?” tanya Thamrin
“Aku mau lihat stand pameran, aku belum ada liat sejak datang kesini”
“Ya sudah sama-sama aja liatnya. Aku ganti baju dulu ya. Tunggu sebentar”
Aku menunggunya. Sekitar 10 menit dia datang. Selagi pensi berlangsung aku dan Thamrin berjalan melihat semua stand pameran. Dia memegang tanganku sambil berjalan. Sesekali dia merangkul pundakku. “Kenapa dia jadi seromantis ini ya? Depan umum tingkah lakunya sudah seperti ini. Menggandengku dan sesekali tersenyum kepadaku” batinku. Selesai melihat stand pameran kami berpisah. Ciaahhhh... Kayak mau pergi kemana aja pake kata berpisah. Hehe…
Aku dan teman-teman dari Saka Bhayangkara berjalan menuju sekretariat Bupati untuk mengikuti rapat. Sesampainya disana, sudah banyak panitia lainnya yang tengah mendengarkan arahan dari Kak Supri. Susunan panitia dirombak sedikit. Aku yang kebetulan datang bersama empat orang ade tingkatku masuk kedalam kepanitiaan. Kami bertugas sebagai Panitia Kegiatan Bakti.
Kami berjalan mengikuti Koordinator kami. Mereka bernama Kak Heri, Kak Aswin dan Kak Bagus. kami memulai pembagian lokasi. Karena kami panitia kegiatan bakti kami bertugas disekitar jalan yang berada di Teluk Lombok. Aku mendapat tugas di pos 4 bersama dengan Kak Nugraha. Sekitar setengah satu lewat rapat selesai. Aku dan yang lainnya bergegas untuk kembali ke pameran untuk mengambil barang kami.
Aku menghampiri Thamrin yang berada di standnya. Dia sudah menungguku sejak tadi.
“Kenapa sayank tidur disini? Gak tidur ditenda?” tanyaku padanya yang sedang berbaring
“Aku lagi ngecharger Hp. Ya sambil nungguin sayank juga, tapi nanti balik ke tenda kok” jawab Thamrin
“Ohh… Kenapa sayank manggil aku? Masih kangen kah? Tadi kan sudah ketemu, sudah jalan-jalan juga”
“Iya aku masih kangen sama sayank. Rasanya belum puas jalan bentar aja. Aku maunya lama-lama sama sayank”. Aku tersenyum, aku memegang tangannya dengan hangat. “Sudah larut malam yank, sayank balik sudah ke tenda. Tidur disana, disini banyak nyamuk” pintaku
“Ntar aja yank. Aku masih mau disini. Masih mau ngecharger Hpku”
Aku mengiyakannya “Aku balik dulu kalau gitu ya. Gak enak sama teman-temanku” Thamrin mengangguk, menyetujui permintaanku. “Nanti kalau sudah selesai ngecharger Hpnya, langsung balik ke tenda ya”. Pamitku lalu menghampiri teman-temanku dan pergi ke Kecamatan putri. Kami tidur disana.
Sampai jam setengah 2 aku belum tidur karena menemani pacarku SMSan. Hehe… dan ketika tidak ada balasan darinya, aku yakin dia sudah berlayar ke pulau kapuk lebih dulu. Jiah… aku memejamkan mataku namun aku gak bisa terlelap.
Met bobo sayankku, jangan lupa mimpiin aku ya.
Pesan terkirim. Rasanya aku seperti sedang jatuh cinta. Iya jatuh cinta untuk yang kesekian kalinya kepada orang yang sama. Hampir 4 tahun itu bukanlah waktu yang singkat antara aku dengan Thamrin dalam menjalani hubungan ini. Apalagi kami sedang menjalani hubungan jarak jauh / LDR. Dan kebetulan ALLAH memberikan kami kesempatan untuk bertemu pada kegiatan yang sama di kegiatan Perkemahan Wirakarya Daerah ini.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 5 subuh. Aku terbangun ketika mendengar alarm dari salah satu handphone ade tingkatku berdering. Ah… tidur hanya 3 jam lebih. Kepalaku terasa sedikit berat. Aku duduk, meraih handphoneku dan menelpon pacarku.
Halo… sayank, sudah bangun kah? Bangun sudah, sudah jam 5 lewat ini
Iya sayank. Aku bangun ini. Aku mandi dulu kalau gitu ya.
Iya sayank. Mandi yang bersih ya. Hehe
Iya yank.
Eh… jangan lupa pake sabun ya
Dimana-mana mandi itu pasti pake sabun juga kali yank
hehe
Sekitar jam 8 kami berangkat ke Teluk Lombok bersama peserta yang telah dibagi kedalam pos masing-masing. Namun sesampainya disana mungkin karena miss komunikasi kami jadi salah tempat. Aku bersama panitia dari pos 3 berjalan ke tempat pos masing-masing. Ditengah perjalanan ID-ku hilang. Terpaksa aku balik lagi untuk mencarinya. Sial banget.
Setelah sampai ke posisi yang seharusnya. Ciaahhh… peserta yang ikut bersama kami datang. Kami membagi tugas namun ya biasa. Ada yang main watak. Gak mau kerja. Aku berusaha agar mereka semua bekerja. Aku jadi merasa sedikit dongkol sekaligus jengkel. Aku meraih cangkul lalu mencangkul bagian sisi pondasi yang ingin dibuat.
          “Behh… Keluar cowoknya” ucap salah satu peserta Pramuka Peduli yang ada disitu
          “Abisnya cowoknya gak mau kerja pang” ucapku sedikit kesel
          “Sini kak, biar aku yang nyangkul” kata salah satu cowok yang aku lupa siapa namanya. Hihi.. Tapi memang dia yang selalu sering bekerja sedari tadi. Yang aku tau dia peserta dari Kutai Barat.
          Kami menyelesaikan bagian pondasi dan istirahat menunggu makan siang kami. Panas begitu terik hingga lapar menganggu konsentrasi kami J.
Sebagian peserta dari pramuka peduli dan peserta dari Kutai Barat yang baru datang melihat kami yang tengah asyik menikmati makan siang. “Makan kak. Itu masih banyak makanan” tunjukku
          “Iya kak” jawab mereka serempak, lalu mengambil makanan yang ada didepanku.
          “Mau makan dimana kak, di kelas FIF atau kelas biasa?” tanyaku. Mereka sedikit bingung. Aku dan yang lainnya tertawa “Kalau mau dikelas FIF kakak makannya dibelakang rumah sana, tempatnya bagus” tunjukku “tapi kalau makan dikelas biasa ya disini aja, tempatnya begini. Mejanya hanya rumput” candaku. Mereka tertawa lalu pergi. Peserta yang lagi bersamaku kembali tertawa mendengar candaanku.
          Aku kembali menyantap makanan yang ada didepanku. Begitupun dengan teman-teman yang lainnya. Senang bisa buat suasana kayak gini. Sepertinya mereka lebih suka dengan suasana ini.
          Pensi malam kedua. Aku menikmati pensi disamping kekasihku tersayang. Sungguh bahagia yang kurasa saat ini. Berada didekatnya membuatku tenang dan merasa damai. Ingin rasanya aku menghentikan waktu agar aku tetap berada disampingnya, moment ini takkan pernah aku lupakan sepanjang hidupku. Thamrin menggenggam tanganku dan melingkarkan tangannya kepinggangku. Iiihh… so sweetnya Thamrin ini ;),.

*****

          Pagi yang cerah, secerah hatiku saat ini. Ada kemungkinan aku satu pos sama Thamrin karena yang mengikuti kegiatan bakti hari itu adalah semua peserta cowok. Semua peserta cowok berbaris didekat panggung utama. Sedangkan aku dan teman-temanku masih berdiri didekat stand pameran kami. Begitu kami dipanggil kami segera bergegas dan berjalan beriringan. Kami di juluki Pandawa 5. Karena kebetulan jumlah kami 5 dan cewek semua :D.
          Sebelumnya Thamrin sudah menelponku, menanyakan aku berada di pos berapa? Begitu pembagian tempat, Thamrin segera berlari ke barisan pos 4. Aku yang melihatnya hanya tersenyum karena tingkahnya. Akhirnya kami bisa berada di satu kegiatan. Setelah merasa beres dengan pembagian kelompok. Kami berjalan menuju truk yang akan membawa kami ke Teluk Lombok. Dengar nama Teluk Lombok pasti mikirnya mau senang-senang. Hadehhh… Senang-senangnya tuh kita kerja, kerjanya ya buat tempat sampah J.
          Semua peserta sudah naik ke truk. Aku dan Husna mau duduk didepan, tapi sudah ada cowok duluan yang masuk. Katanya mereka gak bisa kena debu. Yahhh… Kalau sakit kenapa ikut kegiatan. Alhasil aku dibelakang. Husna naik ke truk, disusul denganku dan Thamrin. Jadi ngerasa gak nyaman karena hanya berdua cewek di truk belakang ini. Tapi untungnya ada Pacarku juga.
          “Kak, kita dibelakang aja ya” saran Husna
          “Iya de’. Ngikut aja aku” jawabku pasrah
          “Jagain aku ya!” ucapku pada Thamrin yang ada didepanku
          “Iya, aku jagain kok. Tenang aja” sahutnya
Thamrin berdiri menghadap kearahku. Tangannya memegang sisi belakang truk. Selama perjalanan aku berpegangan di tangannya yang memegang sisi truk itu. Karena guncangan selama perjalanan tanganku terlepas. Aku lalu melingkarkan tanganku di pinggangnya untuk berpegangan. Dia tersenyum. Malu sih sebenarnya tapi ya biarlah. Peserta yang melihat kami, serentak menggoda kami. Thamrin hanya tersenyum.
“Maklum, lama gak ketemu” kata Thamrin sambil menoleh ke arah peserta yang menggoda kami.
Sesampainya kami di pos 4. Kami segera turun dan mengambil perlengkapan. Aku mengarahkan mereka agar mengangkat semen yang ada di rumah salah satu penduduk. Tak lama panitia yang bernama kak Bagus dan Kak Wardi datang. Mereka yang membimbing kami dan memberitahu bagaimana caranya membuat bak sampah. Ada Nain juga disana. Salah satu anggota dari Saka Bhayangkara Cabang Kutai Timur.
“Eh… Kamu, Ibu Negara foto-fotoin ya. Karena kamu cewek sendiri jadi kerjanya foto-fotoin aja dulu” ucap kak Bagus
“Siap kak” jawabku sambil tersenyum. Thamrin yang melihatku ikut tersenyum.  Sementara mengambil kamera kak Bagus mengajariku sedikit cara mengambil gambar yang bagus itu kayak apa. Ciahhh…
Selagi membuat bak sampah, aku mengambil gambar seluruh peserta yang sedang bekerja. Sementara asyik dengan kamera yang aku bawa. Ku perhatikan Thamrin yang sedang bekerja. Dia memang aktif, pekerja keras, aku sedikit kasihan sebenarnya. Hanya tak ingin aku tampakkan. Setiap dia meilhatku, aku hanya tersenyum penuh sayang kepadanya. Apa dia jadi semangat karena ada aku ya disini? Hehe PD banget deh aku ini. Tapi kalau dipikir-pikir aku ada benarnya juga, kan aku pacarnya dia. Pastilah dia semangat kerja karena ada aku didekatnya saat ini. Hehehe. . .
Sekitar jam 10, kak Supri datang. Dia menyurvei setiap pos untuk melihat perkembangannya. Kak Supri mengangguk dengan hasil kerja timku. Saat memperhatikan bak sampah yang kami buat, kak Supri melihat kearahku. Lali kemudian pandangannya tertuju pada Thamrin.
“Ohh… Pantas aja Thamrin semangat kerja, ada penyemangatnya ternyata disini. Sudah direncanakan memang kayaknya ya jadi satu pos” ucap kak Supri menggoda kami. Peserta yang mendengarnya serentak menoleh kearah kami. Aku hanya tersenyum malu. Thamrin menoleh kearahku dengan tatapan penuh cinta. Aduhai… rasanya ingin seperti ini terus. Gak mau jauh-jauh lah dari dia pokoknya.
“Iya itu kak, makanya Thamrin semangat. Orang ada istrinya disini” tambah Nain. Aduh Nain, aku jadi tambah malu rasanya sekaligus senang juga sih. Hehe… Mendengar hal itu seluruh peserta yang ada telah tau bahwa kami adalah sepasang kekasih, jiah… walaupun sebagian dari mereka sudah mengetahuinya dari awal semenjak di dalam truk.
Thamrin pun kalau ingin memanggilku, tidak menyebutkan namaku ataupun yang lain. Dia tetap memanggilku dengan sebutan ‘SAYANK’. Kebiasaan yang tidak pernah hilang. Entah di dalam dan luar forum, bersama teman-teman, bersama senior-seniornya bahkan di saat bersama keluarganya pun dia tetap memanggilku dengan sebutan ‘SAYANK’. Gak tau dia punya keberanian dari mana untuk tetap memanggil dengan sebutan itu. Tapi biarlah, asal dia senang aku pun ikut senang.
          Dikarenakan banyak yang nganggur atau tidak mengerjakan apa-apa, dan merasa tidak adil. Nain mengusulkan agar peserta dibagi menjadi dua kelompok. Masing-masing kelompok akan bekerja selama satu jam. Jadi selama kelompok lain bekerja, yang lainnya ada waktu untuk istirahat selama satu jam juga. Ide yang bagus, jadi peserta gak punya alasan lagi untuk tidak bekerja.
          Matahari semakin terik, tiba saatnya kami untuk beristirahat dan makan siang. Peserta membentuk lingkaran untuk makan bersama. Sedangkan aku ditempat lain begitupun dengan Thamrin. Tapi masih di tempat yang sama juga.
          “Iya, kalian disana aja” ucap kak bagus begitu melihat kami. “Gak usah ganggu mereka, biarkan mereka berdua aja” lanjutnya.
          Aku tersenyum. Aku menikmati makanan yang ada didepanku dengan lahap. Begitupun dengan Thamrin. Mungkin karena makan berdua seperti ini menjadikan selera makan kami jadi bertambah. Makan berdua bersama kekasih adalah hal yang paling menyenangkan sebenarnya. Walaupun sebelumnya kami sering makan berdua. Tapi ini hal yang berbeda. Makan berdua didalam kegiatan yang sama.
          Sambil menunggu batako, kami bersantai sejenak. Ku pandangi lautan luas yang ada dihadapanku. Ini akan menjadi saksi kisah cintaku dengannya. Betapa bahagia yang kurasakan saat ini. Moment seperti ini mungkin tidak bisa terulang untuk yang kedua kalinya.
          Waktu bersantai cukuplah ya. Kalau mau bersantai terus bisa-bisa bak sampahnya gak jadi-jadi. Hehe… Kami kembali bekerja. Walaupun panas tetap tak menyurutkan semangat para peserta untuk menyelesaikan pekerjaannya. Ini mungkin akan selesai besok. Jadi kami mengerjakan seadanya dulu, sebab batako yang kami minta pun belum datang-datang.
          Ini bukan aku yang kerja tapi aku merasa capek juga. Ya namanya Ibu Negara kan gak ikut ambil bagian, kerjanya hanya mengontrol saja. Wkwkwk . . . bukan mauku loh ya. Ini karena kak Bagus yang memanggilku dengan sebutan itu dan melarangku untuk menyentuh apapun, katanya ntar kerjanya ngambilin air buat peserta aja. Jadi sedikit tersanjung J.
Kaki rasanya pegel nih. Thamrin yang melihatku mengerti apa yang sedang aku rasakan. Thamrin yang sedang bekerja mengisyaratkan agar aku istirahat sejenak. Duduk walaupun hanya beberapa menit. Aku hanya menjawab isyaratnya dengan gelengan kepala dan mengembangkan senyum kepadanya. Aku selalu memperhatikan saat dia bekerja. Kadang kasian sih, dia kerja terus. Dia lalu memanggilku.
“Kenapa yank?” tanyaku padanya
“Gak papa. Sini aja didekatku, daripada disana” jawabnya sambil terus bekerja. Aku tersenyum mendengarnya. Kayaknya bibirku nih lama-lama bisa pecah gara-gara senyum terus dari kemarin-kemarin.
Tak terasa hari mulai sore. Kami menyimpunkan semua peralatan. Kami kembali ke perkemahan. Sesampainya di perkemahan. Thamrin yang sudah sejak tadi turun dari truk menungguku. Riri yang melihatnya menggodaku. Kami berjalan bertiga menuju stand kami. Thamrin memegang tanganku dengan erat. Sampai di perkemahan pun dia tetap seperti ini tingkahnya. Sayank-sayank, ini yang membuatku tambah sayang sama kamu.
“Enak ya yang malam minggu ada pacarnya” sindir Husna begitu melihat Thamrin menghampiriku.
“Hahaha . . . makanya de’ panggil juga pacarnya” sahut Thamrin
“Oh… iya malam minggu ternyata ini. Baru nyadar aku” senyumku pada Thamrin
Ini malam pensi yang terakhir. Karena besok sudah malam Ruhui Rahayu.
“Ayo kita jalan-jalan aja, aku malas liat pensi. Ntar kita mendekatnya pas pemutaran film aja” ajak Thamrin
“Sembarang aja, aku mah ngikut aja” aku mengiyakan ajakannya walaupun sebenarnya pengen liat pensi. Tapi waktu bersama dia lebih penting, karena jarang-jarang kami bisa bersama seperti saat ini. Lagian aku bisa liat pensi dari kejauhan. Kalau dekat panggung juga gak bisa liat, musti jinjit dulu atau nyelinap maju kedepan. Ya maklum aja, tinggi gak memadai J.
Saat pemutaran film, kami duduk di antara peserta yang lainnya. Menikmati film yang sedang di putar. Dia bertanya tentang apa yang aku rasakan ketika tidak ada komunikasi dengan dia beberapa hari. Kayaknya hampir satu bulanan kami jarang berkomunikasi. Aku menceritakan apa yang telah aku alami dan yang aku rasakan. Dan dia pun menceritakan apa yang dia rasakan selama dia tak menghubungiku. Tak sanggup menahan airmataku, aku menangis.
Thamrin yang mendengarkan ceritaku sedikit terhenyak. Entah kesal atau kenapa, tapi dari raut wajahnya dia terlihat kesal, marah dan kecewa. Apa yang kamu rasain sekarang ini, itu juga yang aku rasakan ketika tau ternyata ada orang yang lebih dekat denganmu disana Tham. Tiba-tiba suasana buat aku sedikit risih.
“Sayank, dari awal aku gak mau cerita tapi kamu maksa buat aku jujur. Disini mungkin kita sama-sama kecewa karena ada yang memberi perhatian terhadap kita tetapi yang memberi perhatian itu bukan kekasih kita sendiri. Aku tau apa yang kamu rasakan, dan itu pun yang aku rasakan saat ini” ku padangi Thamrin dengan rasa sesal dan kecewa. “Ku pikir, hanya aku. Tapi ternyata ada orang lain yang menemanimu disana” aku cemburu.
Wajar seorang kekasih cemburu. Ini hal yang wajar karena dia tak ingin ada orang ketiga dihubungan mereka. Awalnya ingin bersenang-senang dengan menonton film yang sedang diputar, yang ada hanya suasana yang tidak enak yang kami rasakan. Ini cobaan di antara hubungan kami, kami harus terbiasa agar kami tetap saling memiliki.
Begitu pemutaran film selesai, kami berjalan dan duduk dibelakang stand pameran, tepatnya didekat tenda Saka Bhayangkara. Thamrin menyampaikan isi hatinya, apa yang dirasakan saat ini. Aku tersentak dan merasa bersalah ketika melihatnya meneteskan airmata.
“Ya ALLAH yank, kamu nangis,? Aku minta maaf sayank, aku salah. Kamu jangan nangis begini nah, aku jadi merasa bersalah banget udah buat kamu nangis kayak gini” aku mengusap airmata kekasihku itu
“Aku tau yank, aku bukan lelaki yang terbaik. Jujur aku ngerasa sakit hati karena ada orang lain yang perhatian sama kamu dan itu bukan aku. Aku cemburu, aku sayank sama kamu”
“Iya sayank, aku tau kamu sayank sama aku. Aku juga sayank sama kamu. Kamu tenang aja, aku akan selalu jadi milikmu” kataku menyakinkan Thamrin “Sudah jangan nangis lagi. Aku berdosa banget sudah buat kamu nangis begini. Kita lupakan semua ya yang penting kan kita sudah sama-sama jujur”
Setelah agak tenang, Thamrin pamit untuk kembali ke tenda. Dan aku pun kembali ke sekretariat kecamatan putri untuk beristirahat.

*****

Keesokan harinya di kegiatan yang sama. Aku merasa kesal, marah, kecewa, entahlah apa yang aku rasakan semua campur aduk. Ya gimana gak kesal Thamrin gak ikut kegiatan bakti hari ini. Padahal ini kegiatan terakhir kami. Thamrin menjelaskan semua, dan teman-temannya memang gak ada yang mau tukaran. Alhasil aku sedikit BETE.
“Kak, kaka yang kemarin kemana,? Dia gak ikut kegiatan bakti kah,?” tanya salah satu peserta ketika telah sampai dilokasi
“Iya. Dia lagi curve. Jadinya gak ikut” jelasku
Setelah hampir setengah harian bekerja, kami pun istirahat. Aku berbaring dan menutup wajahku dengan topi.
“Ah.. kak Bagus, kirain siapa,?” ucapku sedikit kaget karena tiba-tiba kak Bagus ada didekatku.
“Tidur sudah fatma,!” ehmmm, ngerti aja kak Bagus ini kalau aku sudah ngantuk banget. Karena lelah aku sampai tak sadar kalau sudah tidur selama 2 jam.
“Kak, kak fatma” panggil Nisa
“Ehmmm” aku terbangun “Eh, kok kalian ada disini?” tanyaku padanya. Aku heran karena mereka semua berdatangan dari pos masing-masing. Mereka gak jaga atau mengawasi peserta lainnya kah?.
“Kita mau ditraktir makan sama kak Heri kak, soalnya kan ini hari terakhir kita di kegiatan bakti” Didis menjawab keherananku
“Iya kak, kita mau ditraktir sama kak Heri makanya kita ke sini semua” Nisa menambahkan.
          Makanan yang kami pesan telah dihidangkan, kami menikmati makan siang dengan sesekali bersenda gurau. Begitu selesai makan siang, mereka kembali ke pos masing-masing. Aku berjalan menuju terminal bak sampah yang sedang di buat.
          “Kok Fatma gak ada yang bangunin kak?” tanyaku pada mereka
          “Sengaja gak bangunin kamu, kamu lelap banget tidurnya. Dan pasti capek, orang itu harus ada tidur minimal 1 jam, gak boleh kerja terus. Yang ada malah sakit nanti” jawab kak Bagus. Aku mengangguk, padahal aku gak ikutan kerja.
Sekitar 1 jam bekerja. Aku memberikan mereka minuman yang telah dipesan oleh kak Bagus. Yah… jadi pelayan lagi kesahnya ini bukan Ibu Negara lagi. Hmm.. turun deh derajat, dari Ibu Negara jadi Pelayan, hahaha . . .

*****

Malam Ruhui Rahayu akhirnya tiba juga. Semua perserta baik putra maupun putri berkumpul dilapangan utama. Yah… ini malam terakhir kami dan besok sudah harus kembali ke kota masing-masing. Tapi hujan turun membuat suasana menjadi tidak nyaman.
          Hanya gerimis sih sebenarnya bukan hujan :D. begitu gerimisnya reda kami kembali berkumpul. Segera panitia yang lainnya mengarahkan kami dan segera membentuk lingkaran besar. Kami akan menyalakan api unggun. Ahh… rasanya sudah agak lama aku tidak merasakan bagaimana hangatnya berada didekat api unggun. Acara pembakaran api unggun pun berjalan dengan baik.
          Tiba-tiba saja Thamrin menelponku dan memanggilku untuk pergi kedekatnya. Aku berjalan, mencarinya diantara kerumunan peserta yang tengah asyik bernyanyi, berfoto ria dan mencari kenalan baru satu sama lain. Begitu aku menemukannya, dia mengajakku untuk berfoto bersama. ini jadi moment terindah bagi aku. Di acara pramuka Perkemahan Wirakarya Daerah se-KALTIM-KALTARA.
          Sebagai hiburan banyak acara yang ditampilkan malam ini. Dari tari tradisional, modern dance, vocal group sampai dengan lawak. Begitu mengesankan J. Aku menikmati acara itu bersama Kekasihku Thamrin yang ada disampingku. Entah anak dari Kutai Barat atau Malinau yang kadang mengganggu kami. Yah, aku dan Thamrin gak mau kalah. kami lalu mengganggu mereka juga. Impas lah, hehe. .Acara malam itu berlangsung hingga tengah malam.
          Keesokan harinya upacara penutupan dan pemberian piala kepada pemenang selesai dilaksanakan. Semua berjalan dengan lancar. Kegembiraan terpancar diwajah peserta yang telah meraih kemenangan. Begitu upacara selesai, untuk terakhir kalinya kami diajak untuk mengikuti senam Gemu fa mi re. senam tersebut diulang sampai 2 kali.
          Usai senam dilaksanakan, semua peserta berhambur kesana kemari untuk meminta kenang-kenangan satu sama lain. Aku yang tengah asyik memandangi Hpku, tiba-tiba dikagetkan dengan datangnya 2 peserta putri dari pangkalan Kutai Barat. Salah satu dari mereka membawa pisau dan memegangi lambang yang ada dilengan kanan atas bajuku.
          “kak, minta ya lambangnya. Buat kenang-kenangan kak, di Kubar gak ada jual yang kayak gini” pintanya sambil merobek lambangku. Aku hanya bisa pasrah sambil tersenyum melihat tingkah mereka. Tak kirain kenapa pake bawa pisau segala, eh ternyata buat nyopotin lambangku aja. “Makasih ya kak” ucapnya sambil tersenyum lebar kearahku. “Iya sama-sama” jawabku polos.
          Tak lama, peserta putri lainnya mendatangiku dan meminta ring kacuku. Waduh ini pemberian juga mau diambil. Ya sama halnya dengan tadi, aku hanya bisa pasrah karena tangannya sudah memegangi ring kacuku. Thamrin yang sedang membongkar stand pamerannya hanya tersenyum padaku.
          “Maaf yah sayank, pemberianmu diambil sama orang” kataku dalam hati. aku tak mau kalah, aku berjalan mencari korban yang bisa aku palakin. Haha. . kayak preman aja main palak-palak segala. Aku meminta ring kacu peserta putra dari pangkalan Kubar juga. Yah. . . ketemunya sama anak Kubar ya itu aja yang dipalakin. Hehe…
          Datanglah peserta putra meminta kacu yang tengah kupakai. Kacu itu juga sudah dipegangnya.
          “Aduh kak, jangan yang ini yah. Kakak boleh minta yang lain asal jangan kacu ini. Ini juga pemberian kak” selaku padannya.
          “Gakpapa kak, boleh kak ya kacunya diminta” tawarnya
          “Aduh, maaf banget kak. jangan yang ini yah! Yang lain aja. Kalau ini bukan pemberian ya pasti aku kasih kak” ucapku meyakinkannya sambil memegangi kacu yang ingin diraihnya.
          “Ya sudah kak. bantaranya aja kalau gitu” jawabnya ngalah. Aku memberikan bantaraku padanya.
          Ah… kalau lama-lama berdiri ditengah peserta kayak gini bisa-bisa habis semua yang aku pakai ini. Aku berjalan menuju stand pameranku. Ditengah perjalananku seorang peserta putra menghadangku dan memegangi lambang Saka Bhayangkara yang ada dilenganku.
          “Kak, minta lambang sakanya nah”
          “Waduh jangan kak. Butuh pengorbanan buat dapatin lambang ini kak. jangan yah” aku menjelaskan. Dia kelihatan berfikir lalu tersenyum. “Bajunya kalau gitu kak” candanya. “Terus aku pake apa dong kak kalau bajunya kakak ambil” selaku dan memamerkan senyum manisku. Hihihi… dia pun membalas senyumku dan melangkah pergi. Segera aku berlari menuju stand pameranku.
          “Ah… ada korban yang enak buat dipalakin nih” fikirku dalam hati. Entah dia panitia atau bukan aku pun tak tau, hehe… aku menghampirinya.
 “Kak, minta kenang-kenangan nah” ucapku sambil menjulurkan kedua tanganku layaknya seorang anak meminta sedekah.
“Kenang-kenangan apa dek. Gak ada nah”.
“Aih… gak mau tau na kak. kenang-kenangan pokoknya. Nanti kita gak ketemu lagi kak. lama lagi baru ada kegiatan pramuka kayak gini” senyumku sambil merayunya :D
“ya sudah. Kita beli aja kalau gitu” dia kemudian mengajakku ke stand pameran yang menjual berbagai aneka kenang-kenangan. Dia menyuruhku untuk memilih.
“Bagaimana? Sudah kan kenang-kenangannya” tanyanya padaku setelah selesai memilih kenang-kenangan yang aku mau.
“Belum cukup nih kak. harusnya banyak nih belinya” candaku
“Cari lagi kalau gitu” waduh. “Gak kak, saya cuman becanda aja, hehe” kami berjalan beriringan. Begitu sampai di depan standku kami berjabat tangan.
“Sampai ketemu lagi di kegiatan pramuka selanjutnya” ucapnya dengan senyum yang mengembang.
“Iya kak. sampai ketemu kembali” aku pun tersenyum.

*****

Hpku berdering, “Iya halo. Kenapa sayank?”.
“kamu dimana yank?”.
“Aku di kecamatan putri nah”
“Ya sudah aku kesitu yah ambil Hpku”
“Iyaa yank”.
Dari kejauhan kulihat Thamrin bersama Nain tengah berjalan menuju kecamatan putri. Sebelumnya Thamrin menghampiri teman-temanya. Begitu selesai dia memanggilku dengan isyarat tangannya. Aku berjalan kearahnya begitupun dia. Aku memberikan Hpnya lalu kami berbincang-bincang sedikit.
“Thamrin cepati sedikit kita dah mau berangkat nih” teriak salah satu temannya
“Iya bentar” jawabnya dengan teriakan juga.
Dia memandangiku dan maraih tanganku. “aku mau pulang nih. Lama lagi kayaknya kita baru ketemu lagi” aku hanya tersenyum mendengarnya
“ya sudah aku balik yah” ucapnya sambil terus menggenggam erat tanganku.
“Iya, sana sudah! Sudah ditungguin tuh”
“Peluk dulu dong”. Uma ai Thamrin, didepan orang juga minta dipeluk
“katanya sayank. Buktikan dong”. Aceman yang mematikan nih kesahnya. Aku memeluknya begitupun dia. Dia mempererat pelukannya.
“Cie…cie…” godaan serta olokan pun keluar dari bibir teman-temannya. Aku hanya bisa tersipu malu. Hehe
Dia melepaskan pelukannya dan segera kembali menuju teman-temannya tadi. Sebelum pergi dia mencium pipi kananku. “ya ampun anak ini, sempat-sempatnya tuh na nyium dulu. Untung gak ada yang liat”
“Jaga dirimu baik-baik, jangan nakal dan jaga kesehatan ya” Thamrin tersenyum dan melangkah pergi. Aku pun kembali. Begitu sampai, tak butuh waktu lama dia menelponku.
“Aku pamit yah sayank”.
“Iya hati-hati”.
“Emmmmuuuuuaaaaccchhh” teriak teman-temannya. Aku hanya tertawa mendengarnya. Dan melihat Thamrin yang sedang tertawa juga karena ulah teman-temannya.
Mataku tak lepas darinya. Aku terus memandang kepergiannya hingga kendaraan yang dinaikinya menghilang dari pandanganku.
“Selamat jalan sayank, semoga kita segera bertemu kembali” ucapku dalam hati. senyum mengembang dari bibirku. Ini pengalaman pramuka yang paling menyenangkan dalam hidupku.

****THE END****

By_Fatmawati KM